Lihat ke Halaman Asli

Erwin Alwazir

Karyawan Swasta

Tekankan Stabilitas, Cara Golkar Kerdilkan Peserta Munas Januari 2015

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Golkar mendadak selebritis. Hampir semua media baik cetak maupun elektronik terus mengulas riwayat Munas Bali yang berujung terpilihnya Ical secara aklamasi. Semakin menyedot  perhatian publik setelah Munas secara resmi melakukan pemecatan terhadap kader-kader yang dianggap berseberangan.

Ciri orba yang lebih memprioritaskan stabilitas dari pada menghargai dinamika dan perbedaan nampaknya mulai ditabuh kembali oleh Golkar. Strategi tak berjauhan dengan gaya orba dulu yang berfungsi sebagai alat kontrol partai terhadap kader yang kritis. Gelagat ini sudah terbaca  ketika wacana aklamasi dilontarkan dan akhirnya disetujui oleh semua peserta Munas. Salam komandon-nya benar-benar mengagumkan. Nyaris tak ada yang bersuara beda.

Pemandangan yang luar biasa. Jadi ingat saat Kader Golkar H. Harmoko meyakinkan Soeharto bahwa rakyat masih bersedia dipimpin oleh beliau tanpa mempertimbangkan usia Soeharto yang mulai “sepuh” dan besarnya penolakan rakyat atas langgengnya kekuasaan orba. Padahal Amien Rais pernah mengingatkan,”Kekuasaan terlalu lama cenderung korup.”

Ufh, jangan keluar jalur. Itu masa lalu. Sekarang kita beralih ke masa kini, pada kompetitor Ical yang mewacanakan akan melakukan Munas tandingan Januari 2015 mendatang. Dugaan saya, kecil kemungkinan munas itu dapat terlaksana, kalau pun terlaksana, dukungan tidak akan melimpah ruah layaknya Munas Bali. Alasannya sederhana.

Pertama, Golkar bukanlah PKS, maksudnya Partai Kemarin Sore, penggemar Anies jangan sensi dulu. Saya juga suka Anies, tapi Anies Baswedan, walau dulu agak “marah” karena ikut konvensi Partai Demokrat!

Penghuni Partai Golkar dikenal sangat menjunjung tinggi sebuah intelektual. Dari pada mengadakan Munas tandingan, mereka yang tersingkir lebih menyukai membentuk partai baru tanpa embel-embel Golkar. Itu sudah diparktekan oleh Surya Paloh dengan Nasdem-nya atau Prabowo dengan Gerindra-nya. Sedangkan bagi mereka yang “dianaktirikan”, tak semudah itu mau melepaskan jabatan empuk yang sudah dipegang hanya karena tergoda jabatan lain yang belum memberikan kepastian.

Kedua, Kuatnya Pengaruh Ical dan Sokongan KMP

Ical kuat di finansial atau media. Kedua hal tersebut pasti lebih menjanjikan bagi kader Golkar di daerah. Sebuah partai akan besar dan kuat bila dibantu dengan pencitraan. Begitu juga dengan kader. Kader Golkar mana sih tak mau nongol di TVONE atau membangun citra dengan biaya yang “dimurahmeriahkankan” oleh  media Ical dan dijamin berafiliasi dengan Golkar walau tak terang-terangan? Dikaitkan dengan ini, jelas kader di daerah yang lemah tak berdaya lebih sreg bersama Ical dari pada mendukung mereka yang dianggap tak memberikan sumbangsih apa-apa pada partai atau personal.

Sementara  KMP sendiri jelas tak menginginkan Golkar pecah karena dapat melemahkan posisi mereka. Walhasil partai-partai yang tergabung dengan KMP akan menjinakkan semua pendukung Munas Januari 2015 dengan berbagai pendekatan di daerah masing-masing. Ada  keuntungan dan ketergantungan sangat besar secara politis terhadap peran Golkar di KMP, minimal memperbesar peluang anggota  sesama koalisi untuk menjadi Bupati/walikota dan atau Gubernur  jika pilkada tetap digelar “diruang sunyi” nantinya.

Terakhir, Menghindari potensi perpecahan yang lebih besar.

Disadari atau tidak, mendukung Munas Januari bagi sebagian besar kader Golkar dianggap sama saja mendorong perpecahan “di rumah” mereka akan semakin sengit. Padahal tanpa Munas tandingan pun potensi perpecahan itu sudah nampak.  Buktinya Trikarya Golkar sudah berteriak. jauh sebelum pilpres juga nampak. Yang lain bakal balas balas membentak nantinya.

Nah, kalau situasinya begini, sesama intelektual, pasti mereka lebih menyukai mendinginkan suasana  dari pada mendukung Munas Januari 2015 yang dapat menciptakan kisruh berkepanjangan. Tidak bikin kisruh saja bisa-bisa dipecat kalau dianggap tak loyal atau kurang bermanfaat. Apalagi datang sebagai peserta ganda. Di Bali makan banyak, sedangkan di tempat yang masih rahasia belum tentu mengenyangkan. Dianggap rakus jadinya. Kalau tidak dikeroyok seperti insiden Bali ekstrimnya masih dipecat juga. Iya, kan?

Yes, trik stabilitas Golkar sukses mengkerdilkan jumlah peminat  yang ingin menghadiri Munas Januari 2015. Mungkin Ical sambil senyum berkata,”Silahkan pilih, bikin partai baru atau kembali kepangkuan stabilitas?”

Yes, saya pilih terserah!

# Yakinkah anda Agung cs akan menyelenggarakan Munas Golkar Januari 2015?

Peluangnya  99 persen,  1 persennya wallahu’alam aja)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline