Lihat ke Halaman Asli

Erwin Alwazir

Karyawan Swasta

5 Alasan Kenapa Seseorang Enggan Naik Pesawat

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah seorang pemain sepakbola  terkenal dunia yang diketahui sangat alergi naik pesawat adalah Denis Bergkamp. Penyakit ketakutan naik pesawat atau lebih dikenal dengan nama Aerofhobia ini dimulai sejak Bergkamp dijahili seorang wartawan yang mengaku membawa bom dan akan meledakkan pesawat di udara. Bergkamp konon sangat gugup dan ketakutan sehingga ia batal berangkat untuk melakoni sebuah pertandingan penting.

Pada perjalanan karir selanjutnya, Bergkamp  lebih suka menghadiri pertandingan dengan memacu mobilnya atau naik kereta api. Tak heran jika banyak pertandingan penting terlewatkan oleh Bergkamp.

Apa yang dialami oleh Bergkamp banyak menimpa seseorang yang belum atau terpaksa bepergian dengan pesawat. Kesan cemas muncul saat pertama kali pintu pesawat terkunci.  Peluang hidup-mati sepertinya terbagi sama rata saat pesawat mulai mengudara. Biasanya doa-doa dipanjatkan agar kita terhindar dari kemungkinan terburuk. Atau ketika perjalanan tengah berlangsung, membaca buku dijadikan rutinitas untuk mengurangi rasa cemas. Pemandangan umum yang sering kita saksikan dalam sebuah penerbangan.

Sikap kita di pesawat memang  sangat jauh berbeda ketika kita naik transportasi  umum seperti kereta api, mobil atau kapal laut. Kecemasan jika kita menggunakan transportasi ini untuk bepergian memang tak begitu terasa. Kita merasa lebih aman dan nyaman dengan fasilitas tersebut dari pada berpesawat ria.

Padahal menurut Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat,  kemungkinan sseorang meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang di AS rasionya 1 berbanding 7178. Sementara kemungkinan meningal dalam kecelakaan mobil rasionya 1 berbanding 98. Data menarik diungkap oleh Aviation dan PlaneCrashInfo.com. Menurut kedua situs yang konsen menyoroti dunia penerbangan ini, kemungkinan dibunuh selama melakukan penerbangan pada 78 maskapai besar dunia rasionya 1 berbanding 4,7 juta.

Artinya, dengan menggunakan pesawat sebagai sarana bepergian kemungkinan kita tetap hidup lebih tinggi dibanding dengan naik kereta api, kendaraaan  pribadi atau umum. Kenyatannya memang jumah mereka yang meninggal akibat kecelakaan di udara belum sebanding dengan jumlah mereka  yang tewas akibat kecelakaan di jalan raya atau tabrakan kereta, termasuk tenggelamnya kapal.

Lihat saja di Indonesia. Setiap hari ada saja korban tewas kecelakaan di darat. Jumlah meningkat dari tahun ke tahun. Jauh melebihi jumlah korban kecelakaan jatuhnya pesawat tiap tahun. Berapa rasionya tak usah disebutkan lagi karena kita sudah dapat membayangkan dan memperkirakannya.

Namu kenapa seseorang lebih menyukai bepergian menggunakan tranportasi darat dari pada udara?

Kemungkinan ada 5 penyebab.

Pertama, mengidap penyakit Acrofobia atau  takut pada ketinggian

Kedua, Dari acrofhobia, tanpa sadar kita terjangkiti penyakit Aerofhobia atau takut naik pesawat seperti Denis Bergkamp.

Ketiga, Harga tiket tak terjangkau. Jikalaupun terjangkau, terkadang sudah habis dipesan duluan, baik oleh calo maupun pelanggan tetap suatu maskapai.

Keempat, dipandang lebih aman. Berkebalikan dengan hasil pengamatan Dewan Nasional Amerika di atas.

Kelima, Ingin menikmati perjalanan dengan santai.

Alasan kelima ini sangat umum dan menjadi jawaban kunci kenapa sebagian besar dari kita lebih suka naik mobil atau kereta api daripada pesawat. Sebab dengan menggunakan tranportasi darat, baik roda dua atau empat, kita bisa menempuh perjalanan dengan santai dan nyaman. Bisa melongok ke luar jendela. Bisa berhenti di mana saja untuk melepas penat sambil menikmati pemandangan. Bisa ngisi BBM di mana saja termasuk BBM oplosan yang dijual dekat SPBU. Coba kalau naik pesawat. Emang bisa parkir sembarangan? Mana ada SPBU di awan di mana Gatot Kaca tampil sebagai penjaganya.

Tapi sesungguhnya, suka-suka kita mau naik apa saja. Selalu ada kemungkinan terburuk dalam hidup ini. Tanpa naik pesawat, mobil atau kereta api, kita bisa juga meninggal karena diserang “angin duduk”. Sepakat?

Trims, Saatnya Logout untuk kota Mekkah dan sekitarnya. Salam hangat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline