Banyak guru atau dosen yang terlibat aktif menulis di Kompasiana. Tentunya kalau harus mencari siapa di antara mereka yang paling populer? Maka penilaian dan orangnya tergantung versi masing-masing. Dalam artikel ini saya sedikit memperkuat nyali untuk menetapkan guru yang paling populer di kompasiana sepanjang tahun 2014. Memang ada beberapa nama yang profesinya adalah dosen. Namun bagi saya sama saja. Mau dosen atau guru tugas pokok mereka cuma mengajar. Istilahnya 6 x 4 = 4 x 6, berarti dosen guru juga, kan?
Oke. Mari kita simak daftar guru=dosen yang paling populer. Di mulai dari peringkat paling ujung. Maksudnya paling jauh. Kalau masih multitafsir ya anggap saja dari peringkat terbawah. Siapa saja mereka?
Peringkat 5, Bain Saptaman - Guru Paling Kenthir
Inilah guru paling khentir, paling kritis di Kompasiana. Artikel humornya selalu bikin kita tersenyum karena sifatnya yang aktual dan murni produk sendiri. Bukan model beras impor dari negara tetangga. Kelebihannya, selain dianggap mampu mengikuti trend globalisasi dalam sebuah artikel, penulis yang satu ini pandai memplesetkan apa saja bermodalkan keluasan ilmu dan kesempitan koneksinya. Maklum, ia mengajar dan hidup jauh dipelosok Gunung Kidul sana. Namun wawasannya mengglobal karena modem menjadi teman setia.
Salah satu kalimat terbaiknya tercatat oleh saya ketika ia melontarkan pujian pada Muhammad Arman, dosen paling yahud di kompasiana. Isinya,”Muhammad Armand, salah seorang penulis ter-BALIK di Kompasiana. Artikelnya kerap Headline dan trending. Argumen-argumennya tak mudah dikanvaskan. Ia tak haus MINUMAN KERAS n sanjungan, pun suka caci maki. Tak mudah menjumpai penulis ber-KARATAN seperti ini.”
Konyol, kan? Terbaik jadi Ter-BALIK, Haus sanjungan disisipi MINUMAN KERAS. Mentang-mentang dosen Arman berumur 15 tahun x 6 : 2 + 3, kata berkarakter beranak-pinak menjadi ber-KARATAN. Wajarlah kalau Bain dinobatkan sebagai guru paling kenthir yang mampu mengundang senyum di Kompasiana.
Peringkat 4, Gustav Kusno - Guru Paling Kritis
Awas, jangan pernah anda menulis kata “one” menjadi “wan”, walau cara membacanya begitu. Berani meakukannya bersiap-siaplah dikritik habis demi kebaikan bersama oleh Pak Gustaff Kusno. Beliau memang dikenal sangat rajin dan piawai membedah kesalahan berbahasa atau terjemah suatu berita atau artikel seseorang yang mengandung salah arti via Kompasiana. Untungah saya termasuk penulis yang setia pada EYD sehingga jarang sekali menggunakan bahasa “curhat” dalam menelurkan artikel. Beruntunglah bila tahun ini anda bahkan mungkin saya selamat dari kritikan Pak Gustaff. Tahun depan saya berdoa, moga-moga anda banyak berbuat kesalahan dalam berbahasa dan saya malah semakin benar. Aaamiiin....Hahaha.
Peringkat 3, Teguh Hariawan - Guru Paling Edukatif
Salah seorang guru yang turut dinominasikan sebagai Kompasianers of the years tahun 2014 selain Pak Gustaff dan Dzulfikar, menurut catatan primbon adalah Teguh Hariawan. Pilihan yang tepat, karena penulis satu ini setia dijalurnya yang kebanyakan tulisannya berbau reportase, lengkap dengan gambar yang menarik. Apapun yang ditulisnya selalu menghasilkan manfaat bagi pembaca. Salutnya lagi beliau jarang terlibat konflik dalam kolom-kolom berbau politik apalagi di artikel-artikel berbau seksologi. Dia paling tak suka membocorkan rahasia ranjang sendiri, apalagi ranjang tetangga. Hehehehe....
Peringkat 2, Muhammad Arman - Guru Paling Rajin
Wow, abangku yang satu ini cocok mendapat gelar guru paling rajin. Rajin dalam hal apa saja. Rajin menulis artikel pencerahan di Kompasiana. Rajin menulis komentar singkat di artikel teman. Rajin memberi vote tanpa membedakan suku, agama, ras atau golongan. Yang paling hebatnya tentu karena beliau rajin update status di Facebook dengan penggemar yang signifikan. Hahahaha....
Lalu siapa guru paling populer di Kompasiana yang nongkrong diperingkat 1?
Jawabannya adalah guru LUPA LOGOUT. Sayang popularitasnya muncul dipenghujung tahun lewat bantuan tangan-tangan tak bertanggunjawab sehingga peringkat tersebut sangat dan sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan. Grrrr....
(Kepada yang namanya disebut, mohon maaf tanpa izin terlebih dahulu. Jikalau keberatan, maklumi saja untuk tahun ini. Saya janji tahun depan tak terulang lagi. Salam 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H