Samarinda, Jum'at 13 September 2019.
Berita pemindahan Ibu Kota Negara, sedikit menerpa kalangan per-soto-an yang ada di dua Kota Utama, yaitu Samarinda dan Balikpapan. Sebagian berkeinginan, agar makan khas daerah bisa ikut berkontibusi dalam setiap momen atau kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah ataupun swasta. Atau diistilahkan dengan kekinian, Eksis. Apakah selama ini tidak eksis ? Tidak juga, namun pangsa pasarnya masih terbatas.
Mendengar kata Soto, pikiran kita secara otomotasi akan dirasuki oleh gambaran makanan berkuah yang dengan kaldu ayam atau daging sapi, yang disajikan dengan suwiran atau potongan daging ayam atau daging sapi.
Ada berbagai macam soto, baik yang namanya berasal dari daerah seperti Soto Makasar, Soto Lamongan, Soto Padang, Soto Berau dan sejenisnya sesuai daerahnya, maupun soto yang menyematkan nama suku atau asal usulnya, seperti Soto Jawa, Soto Madura, Soto Betawi, dan tentu saja Soto Banjar, serta ada pula yang terkenal karena merupakan racikan turun temurun, seperti Soto Kuin, Soto Sulung dan soto-soto yang lainnya.
Khusus Soto Banjar, memang jenis dan rasanya sangat bervariasi, tidak ada standarnya, dan hanya sesuai keinginan si peracik bumbu.
Berdasarkan racikan turun temurun yang penulis temukan dalam catatan kecil, ada dua jenis bumbu untuk membuat soto menjadi nikmat dan menyehatkan, yang terdiri dari :
Bumbu Basah :
1. Bawang Putih
2. Bawang Merah
3. Laos