Lihat ke Halaman Asli

Erwan Mayulu

wartawan,editor,Trainer PKB (ketenagakerjaan)

Tenaga Kerja Mandiri Sukses Usaha Jamur dan Kripik Jamur

Diperbarui: 24 November 2021   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jamur tersusun di rak (foto:bdok.bRumah Jamur Fahira)

Pada Tahun 2015 Nopan Purwadi memutuskan meninggalkan bisnis entertaiment di Jakarta dan pulang ke kampung halamanya di salah satu desa kecil di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 

Nama desa itu adalah desa Sukahaji, Kecamatan Tegalwaru. Alasannya tak lain karena dia ingin lebih dekat dengan anak dan istri serta rasa lelah yang selalu melanda dikarenakan ia selalu pulang seminggu sekali Jakarta -- Purwakarta dengan menggunakan sepeda motor.

Bersama istrinya, Cucu Supriatin, mereka mencari usaha yang bagus dan cocok untuk dikembangkan di kampungnya. Saat itu, tengah berkembang usaha budidaya jamur. Mereka pun akhirnya memutuskan mencari peruntungan dengan membuat budidaya jamur.

Di Tahun yang sama itulah mereka memulai usaha secara mandiri. Dengan bermodalkan uang sebesar Rp 500.000  keluarga ini memulai usaha budidaya jamur. Namun langkah mereka tidak berjalan mulus. Jamur yang mereka produksi tidak bisa mencukupi permintaan pasar karena kapasitas produksinya sangat kecil.

"Modal Rp 500.000 ternyata tidak cukup untuk memproduksi jamur dalam jumlah besar", tutur Cucu Supriatin pada penulis saat ditemui di rumahnya, pekan lalu.

Nopan Purwadi dan Cucu Supriatin tidak putus asa menghadapi kenyataan ini. Mereka telah bertekad untuk mengembangkan usaha ini. Berbagai cara mereka tempuh agar usaha ini menemukan kesuksesan dari mulai membaca, uji coba, maupun bertanya kepada yang ahli dibidang ini. Hambatan dalam berbisnis soal biasa, memang jalan tidak semulus yang mereka bayangkan.

Suatu hari Suami istri ini berfikir, bagaimana kalau jamur ini diolah menjadi panganan berupa camilan. Dari sinilah muncul ide untuk mengolah jamur menjadi jamur olahan berupa kripik jamur.

Mereka pun mulai produksi kripik dari bahan jamur. Diolah sedemikian rupa, dikeringkan dan digoreng seta diberi bumbu yang menguggah selera sehingga menghasilkan cita rasa gurih dan renyah di mulut. 

Kripik jamur itu dijual dengan ukuran kecil dan dibandrol dengan harga Rp. 1000. Awal mula hanya di pasarkan di sekolah-sekolah, sebanyak 150 buah kripik jamur kemasan kecil diproduksi setiap hari dan selalu habis tidak bersisa, hal ini membuat mereka semakin bersemangat memproduksi kripik jamur.

Nopan Purwadi dan Cucu Supriatin ingin mengembangkan pemasaran kripik jamur ini.Terbesit optimisme usaha ini memiliki prospek sebagai penunjang ekonomi keluarga, namun modal dan peralatan menjadi kendala.

Seorang teman yang melihat tekad dan usaha Nopan Purwadi dan kendala tidak memiliki modal untuk mermbeli peralatan memasak yang memadai. Teman ini kemudian memberikan informasi ada keduahya untuk mencoba minta bantuan pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Purwakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline