Lihat ke Halaman Asli

Uang Dahlan Iskan

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13820977261343927130

"Uang itu cuma angka-angka" (Dahlan Iskan) 2.500 tahun yang lalu, manusia mewujudkan imajinya, menempa logam, menciptakan berbagai bentuk-bentuk kepingan, sejak saat itu sebuah koin bernilai mulai dikenal, digunakan sebagai alat tukar. Bentuk dan fungsinya yang relevan tersebar dengan cepat di seluruh dunia, kita mengenalnya dengan nama Uang. Bermacam mata Uang pun diciptakan, koin dan kertas dengan berbagai model diproduksi secara masal, Angka-angka yang tertera didalamnya adalah nilai tukar untuk pembayaran transaksi barang dan jasa. Sejak pertama kali tercipta, Uang tak hanya menjadi alat tukar terbaik, Namun Uang juga menjadi ukuran seorang individu,, Bersatu dengan identitas sang pemilik,, Menjadi ukuran kekuatan seseorang,,, sebagai simbol kekuasaan. Bagi Menteri BUMN, Prof. Dr. HC. Dahlan Iskan, 'Uang itu cuma angka-angka' Seorang Dahlan Iskan dikenal memiliki pengetahuan ekonomi yang tinggi, beliau seorang pebisnis sukses, pernyataannya tentulah sangat berdasar, mengapa Beliau memposisikan uang dengan memberi batasan pada Angka-angkanya saja. Menyimak lebih jauh tentang arti Nilai dan Angka-angka, 10 biji Padi bisa jadi bernilai KURANG dari 10 lembar uang. 10 biji Padi bisa jadi bernilai SAMA dengan 10 lembar Uang. 10 biji Padi bisa jadi bernilai LEBIH dari dari 10 lembar Uang. Dari berbagai kemungkinan yang ada, mana yang akan menjadi pilihan pertama kita, setiap orang berhak untuk memilih. Setiap pilihan tentu memiliki konsekuensi. Tak mudah untuk mengambil keputusan, namun untuk lebih mudahnya mari kita kembali pada awal mula diciptakannya UANG. Uang adalah alat tukar, ia hadir setelah transaksi disepakati, dengan analogi sederhana bahwa kehadiran Uang disahkan saat Biji Padi itu selesai dipanen, setelah Biji Padi selesai ditimbang, setelah sang pemilik Padi bertujuan menjual hasil panennya, kehadiran uang dapat diterima sebagai alat tukar dengan syarat transaksi telah disepakati. Uang hadir setelah adanya hasil, tentu kita semua telah mengetahui hal ini. Lalu bagaimana jika kebenaran itu dibalik, tentu hal ini menimbulkan pro-kontra, berbagai sistem keuangan pun bermunculan, diciptakan untuk tampil sebaik mungkin, meminimalisasi resiko kehilangan. Keterbalikan ini kemudian menjadi kehilangan besar dalam sejarah kehidupan manusia, manusia mulai kehilangan kesadaran, orang-orang sibuk dalam penciptaan sistem keuangan, masyarakat sibuk dalam istilah-istilah perbankan, piala bergilir kompetisi hidup-mati menjadi berita teraktual. Kini, Kekalahan dan Kemenangan sesama manusia ditentukan oleh angka-angka dalam Uang. Menyimak kembali pada Menteri BUMN Bapak Dahlan Iskan, beliau mengaku tak pernah mengetahui dengan jelas jumlah uang yang dimilikinya. Bagi beliau Uang itu cuma angka-angka. Karakter Dahlan Iskan adalah seseorang pencipta nilai. Pemikiran dan pergerakannya berjalan sama cepat. Beliau mampu mengembangkan apa yang sudah ada, berorientasi menghasilkan untuk masa depan, serta berani membuat hal-hal baru. Jelas terlihat bahwa seorang Dahlan Iskan lebih memilih 10 biji Padi daripada 10 lembar Uang. Tak heran jika dalam tugasnya sebagai Menteri BUMN, Beliau bertindak cepat saat mengambil keputusan untuk membuka lahan-lahan baru pertanian, perkebunan juga peternakan, bahkan pembukaan lahan buah-buahan juga telah diwujudkan. Karakter kuatnya untuk menghasilkan nilai telah membuka lebar pintu-pintu baru kesejahteraan, berbagai jenis tanaman-tanaman baru seperti Sorgum dan Porang pun ditanam secara besar-besaran. Sebagai anak desa, saya memiliki analogi sederhana, sebidang sawah warisan yang kami garap (olah) telah mampu mencukupi kebutuhan makanan keluarga kami, Kakek saya berpesan, saat hasil panenmu melimpah, maka sisihkan Padi itu secukupnya untuk kamu makan sampai musim panen berikutnya, sisanya bagikan secukupnya kepada saudara dan tetanggamu yang membutuhkan, sisanya lagi bisa kamu jual untuk membeli kebutuhan lainnya. Dari sini saya melihat jelas langkah seorang Menteri BUMN, langkah menuju penyelesaian. Pendirian pabrik pengolahaan Sagu di Papua dengan mengambil bahan dari petani lokal, serta ajakannya kepada masyarakat lokal agar kembali mengkonsumsi Sagu adalah sebuah rumus kemakmuran. Bukan banyaknya angka-angka yang harus dibayarkan untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat di negeri ini, yang kita perlukan adalah pengolahan Tanah sawah yang lebih besar lagi agar jumlah beras yang dihasilkan lebih banyak lagi. Dalam kenyataannya Uang bukanlah solusi, tetapi tak semua orang mempunyai keberanian untuk memilih 10 biji Padi daripada 10 lembar Uang, dibutuhkan keahlian untuk menanam biji Padi, dibutuhkan kesabaran untuk merawat sampai masa panen, dibutuhkan kemauan keras untuk mengembangkan sawah padi agar diperoleh hasil yang lebih banyak. Diperlukan lebih banyak lagi orang-orang seperti Dahlan Iskan. 'Uang itu cuma angka-angka' Nilai yang sesungguhnya berada pada apa yang kita hasilkan. *** Uang membuat segalanya menjadi mudah, Uang juga membuat segalanya menjadi Rumit. Kebaikan dan keburukan, kekayaan dan kemiskinan, kedamaian dan peperangan, adalah dua hal yang berada pada satu tubuh, diciptakan seperti dua sisi koin logam, Di luar sana banyak orang menaruhkan hidupnya, memutar koin dan melemparkannya jauh ke atas kepalanya, berharap yang muncul adalah sisi keberuntungannya. Mereka yang berbuat seperti itu tentu bukanlah Manusia Indonesia. ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline