Lihat ke Halaman Asli

[Humor] Ini Dia Saingannya Patung Polisi

Diperbarui: 9 Agustus 2015   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polisi yang satu ini sungguh luar biasa. Walaupun sudah berdiri berjam-jam lamanya di bawah terpaan sinar matahari yang terik, ia belum ambruk. Begitu juga ketika tiba-tiba turun hujan deras, bukannya berteduh di dalam pos polisi, atau mengenakan mantel seperti rekan lainnya sesama polantas, eh dia masih tetap tak bergeming. Masih berdiri tegak dengan sikap sempurna. Dan itu dilakukannya selama berbulan-bulan lamanya! Hebat bukan patung polisinya? hehehe.

Mata Bowo nyaris tak berkedip saat menatap sebuah patung polisi yang ada di perempatan tepatnya di seberang sebuah toko buku terkenal (maaf gak bisa saya sebutkan namanya). Begitu lampu hijau menyala, barulah ia mengalihkan pandangannya jauh ke depan, sambil menggeber gas motor bututnya, lalu meninggalkan patung polisi yang dari dulu sampe sekarang masih aja betah berdiri di depan toko buku Gramedia (yah keceplosan deh).

Sesampainya di rumah, hal pertama yang dilakukannya adalah mencari simboknya. Dengan langkah yang terburu-buru, dicarinya simboknya itu sambil berteriak memanggil-manggil namanya. “Poniyem..!!! Poniyem..!!!” *PLAK!! Dasar anak durhaka kamu.  

“Ada apa to Wo..??” tiba-tiba suara merdu simboknya mengagetkan pemuda itu.

“Ayam ayam ayam..” ucap Bowo seperti orang latah.

“Ayamnya kenapa Wo??” teriak simbok cemas.

Alih-alih menjawab pertayaan simboknya, ia justru memegang tangan kanan simboknya lalu mencium punggung tangan yang keriput itu. Orang tua itu tentu saja bertanya-tanya dalam hati, ada apakah gerangan dengan anakku yang satu ini??

“Doakan anakmu Mbok. Aku ingin bikin simbok bangga…”

---------

Sore harinya, Bowo pergi ke rumah Heru, temannya yang berprofesi sebagai pematung. Temannya itu hanya manggut-manggut saja ketika Bowo mengutarakan apa keinginannya. Dan tak berapa lama, Bowo pun keluar dari rumah temannya itu dengan perasaan puas.

Beberapa minggu kemudian, sebuah patung seukuran tubuh orang dewasa berdiri dengan gagahnya di sebuah perempatan jalan yang menjadi perbatasan kampungnya Bowo. Patung berbahan semen itu berwarna hitam, bentuknya menyerupai seorang petani yang sedang memanggul cangkul. Dan di dada kanannya tertulis nama : Bowo bin Poniyem.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline