Lihat ke Halaman Asli

Ervina Susan

IRT, penulis dan blogger.

SMK Negeri Bukan Sekadar Pilihan untuk Mendapatkan Pendidikan Gratis

Diperbarui: 13 April 2021   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar gudrilogo.blogspot.com

Pandemi masih berlangsung di seluruh belahan bumi, termasuk Indonesia. Semua kegiatan bergerak lambat namun tetap harus berjalan. Tetap harus semangat sambil mencoba bersahabat dengan keadaan yang masih sulit. Salah satu kegiatan yang harus bergerak saat ini adalah pendaftaran sekolah bagi semua calon siswa dari berbagai tingkatan.

Saya jadi teringat kembali pada kejadian trimester pertama tahun 2019. Saat itu, anak pertama kami harus melanjutkan sekolah ke jenjang menengah atas, setelah lulus dari tingkat menengah pertama dengan hasil ujian yang pas-pasan. 

Si anak bersikukuh ingin melanjutkan ke SMU, tetapi kami sebagai orang tua mencoba mengarahkannya ke SMK. Alasannya, karena di usia anak yang masih remaja rentan terpengaruh segala hal dengan tingkat emosi yang mudah meledak dan condong sok tahu. Selain itu, kami pun melihat kemampuan yang dimilikinya.

Pendekatan seperti apa yang kami lakukan hingga akhirnya anak kami bersedia melanjutkan jenjang pendidikannya di SMK?

  • Menjadi orang tua yang berkuasa

Tujuannya supaya dia paham, kami sebagai orang tua memiliki tanggung jawab penuh untuk kebaikan anak-anaknya.

  • Menjadi konsultan masa depan

Setelah si anak terpaksa menurut, barulah kami melonggarkan sikap kami lebih santai. Kami tidak lagi berperan sebagai orang tua yang terkesan memaksa dan berkuasa. Kami berperan sebagai konsultan masa depannya.

Kuncinya harus sabar dan membuktikan padanya kalau yang kami lakukan adalah yang terbaik baginya. Kami pun melakukan gerakan mencari informasi sebanyak mungkin tentang dunia pendidikan smk.

Kenapa sih anaknya harus melanjutkan ke smk, memang kenapa dengan smu pilihannya?

  • Nilai ujian akhir yang pas-pasan.

Dengan kemampuan akademisnya yang secara umum biasa saja maka dia akan sulit berprestasi di smu kecuali dengan menjadi anak yang rajin belajar dan anak kami bukan yang termasuk rajin belajar.

  • Melihat minat dan bakatnya dari masih anak-anak.

Kami melihat nilai akademisnya yang paling menonjol, yaitu di bidang komputer, bahasa Inggris dan olah raga. Kami pun mengarahkan dia untuk melanjutkan ke smk supaya bakat yang dimilikinya bisa berkembang dan menghasilkan prestasi yang baik.

Tidak cukup hanya dengan mengarahkan pilihan sekolah ke smk. Selama musim pendaftaran sekolah dibuka, setidaknya kami melakukan kunjungan ke 3 smk untuk mendapatkan informasi jurusan yang  sekiranya sesuai dengan bakat anak kami. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline