Lihat ke Halaman Asli

INTEGRATED CURRICULUM

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

(Seri Pembelajaran Terpadu 05)

Melalui pembelajaran terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Peserta didik dilatih untuk dapa menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistis), bermakna, autentik, aktif. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsure-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif.

Pembelajaran terpadu dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik.dalam pembelajaran terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian. Melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.

Namun demikian, pelaksanaannya di sekolah pembelajaran sebagian besar masih dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian masing-masing. Hal ini disebabkan antara lain karena:

a.Kurikulum itu sendiri tidak menggambarkan satu kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antar bidang ilmu;

b.Meskipun pembelajaran terpadu bukan merupakan hal yang baru, tetapi para guru di sekolah tidak terbiasa melaksanakannya sehingga “dianggap” sebagai hal yang baru.

Bila kita cermati, pendidikan di Indonesia masih menggunakan “Separated Subjek Curriculum. Dalam kurikulum tipe ini, bahan dikelompokkan pada mata pelajaran yang sempit,dimana antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya menjadi terpisah-pisah, terlepas dan tidak mempunyai kaitan sama sekali sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya.

Kurikulum terpadu disebut juga “Integrated Curriculum”. Secara istilah, integrasi memiliki sinonim dengan perpaduan, penyatuan, atau penggabungan dari dua objek atau lebih (Wedawaty, 1990: 26). Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Poerwadarminta (1997: 326), integrasi adalah penyatuan supaya menjadi satukebulatan atau menjadi utuh. Dalam integrated curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu permasalahan atu topic tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topic tertentu. Apa yang disajikan di sekolah, disesuaikan dengan kehidupan anak di luar sekolah. Pelajaran di sekolah membantu siswa dalam menghadapi berbagai persoalan di luar sekolah. Biasanya bentuk kurikulum semacam ini dilaksanakan melalui pelajaran unit, di mana suatu unit mempunyai tujuan yang mengandung makan bagi siswa yang dituangkan dalam bentuk masalah. Untuk pemecahan masalah, anak diarahkan untuk melakukan kegiatan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Pada skala praktis, Integrated Curriculum memiliki beberapa kelebihan dan manfaat, antara lain:

a.Segala permasalahan yang dibicarakan dalam unit sangat bertalian erat;

b.Sangat sesuai dengan perkembangan modern tentang belajar mengajar;

c.Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat;

d.Sesuai dengan ide demokrasi, di mana siswa dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri, dan memikul tanggung jawab bersama dalam kelompok;

e.Penyajian bahan disesuaikan dengan kesanggupan (kemampuan) individu, minat, dan kematangan siswa, baik secara individu maupun seccara kelompok (Nurdin, S., dan Usman, B.M., 2003: 49-50).

Integrated Curriculum juga memiliki kelemahan, yaitu:

a.Guru tidak dilatih melakukan kurikulum semacam ini;

b.Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis;

c.Terlalu memberatkan tugas-tugas guru, karena bahan pelajaran yang mungkin berubah setiap tahun sehingga mengubah pokok-pokok permasalahan dan juga isi (materi);

d.Kurang memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum;

e.Siswa dianggap tidak mampu ikut sertadalam menentukan kurikulum;

f.Sarana dan prasarana yang kurang memadai yang seharusnya dapat menunjang pelaksanaan kurikulum tersebut (Nurdin, S., dan Usman, B.M., 2003: 50).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline