Lihat ke Halaman Asli

Erusnadi

Time Wait For No One

Sedang Kumat

Diperbarui: 9 Desember 2024   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sepanjang sisi jalan beraspal cuaca panas sangat terasa oleh terik mentari. Beberapa pedagang gerobak tampak menepi menghindarinya di bawah atap pertokoan yang berderet itu.

Namun Sam tetap gigih menyusuri jalan sembari kedua matanya jalang melawan cahaya di langit sana. Sementara ia tidak mengenakan baju dan hanya menutupi tubuhnya dengan kain sarung butut yang sudah compang camping.

Sekali-kali ia tertawa senang sebab matahari sudah ia lawan. Rasanya kemenangan ada di pihaknya. Namun mendadak, tiga orang menyergapnya. Mereka tampak berseragam. Sam menghadapinya dengan tenang. Matanya teduh tidak segarang ketika melawan jilatan mentari.

"Ini nemu satu lagi. Kita bawa saja!" cetus satu orang yang selanjutnya mereka menggiring Sam ke mobil angkutan pick up dengan kap yang berkursi panjang. Di tiap sisinya ada tulisan MOBIL GANGGUAN JIWA.

Sam tertawa ketika mobilnya mulai meluncur meninggalkan tempat tersebut. Kedua tangannya melambai pada orang-orang di sepanjang jalan. Pikirnya ia sedang diajak tamasya oleh orang-orang baik ini.  

Tidak berapa lama berkendara, orang-orang baik ini kemudian menurunkannya di sebuah gedung yang pagarnya menjulang. Sam digiring masuk, lalu menelusuri ruang demi ruang namun samar-samar terdengar oleh Sam, "semua ruang di sini sudah penuh. Coba di tempat yang lain. "

Ketiga petugas itu lalu keluar dan menggiring Sam lagi, dan menempatkan kembali dirinya di mobil, sekaligus membawanya ke tujuan selanjutnya, dan Sam melambaikan pula kedua tangannya pada petugas yang berdiri di muka gedung itu.
"Dadah, dadah.. ,"sebutnya senang.

Tetapi naas, tiba di tempat yang disarankan juga penuh terisi ruang khusus untuk orang seperti Sam ini.

Seiring waktu setidaknya sudah lima kali didatangi bangunan sejenis di kota ini begitu juga kondisinya. Terisi penuh oleh orang yang mengidap gangguan jiwa.

Sementara itu waktu sudah mendekati sore. Nyaris empat jam, Sam keliling kota bersama para petugas yang dalam pikiran Sam disebut orang-orang baik ini.  Entah alasan apa, orang-orang baik ini justru mengembalikan Sam ke tempat semula di mana ia disergap.

"Bagaimana kalo orang gila ini kita lepas lagi di sini, setuju? " Semua petugas itu akur akhirnya ketimbang repot mengurusnya. Sam pun dilepas di sisi jalan, dan petugas melaju di jalan itu tanpa menoleh lagi pada Sam. Sam lagi-lagi melambaikan kedua tangan pada mereka tanda perpisahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline