Lihat ke Halaman Asli

Erusnadi

Time Wait For No One

Ayahku Pikun

Diperbarui: 18 Desember 2022   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Huruf dan baris kalimat dari buku yang dibacanya terlihat kabur. Padahal baru lima halaman dari bab pertama yang ia sudahi untuk membaca.

Buku novel Arus Balik karya Pramudya Ananta Toer yang lumayan tebal itu menarik perhatiannya sekarang ini. Ia tutup buku itu sementara untuk mencari kaca mata yang biasa dipakai.

Pikirnya mungkin ada di laci meja kerja, atau ditumpukan makalah yang semalam baru diselesaikannya untuk seminar esok. Ia mencarinya namun tidak ditemukan juga. Di rak buku pun sudah disusuri.

Tampak anak gadisnya yang akan kuliah di luar kota untuk tahun ini sedang menikmati tayangan televisi melihat ayahnya sedang mencari sesuatu. Barangkali ia bisa membantu, pikirnya.

"Ayah cari apa?"

"Ayah sedang baca novel tapi baru dua halaman kok terasa loncat-loncat hurufnya."

"Iya, terus ayah cari apa sampai mondar mandir begitu?"

"Kacamata. Ayah lupa menaruhnya tadi."

"Ya ampun, kacamata itu dipakai ayah,"tekan anak gadisnya ini.

Ia tidak merabanya namun melangkahkan kaki meninggalkan anak gadisnya menuju ke arah cermin di kamar untuk memastikan.

"Kemarin pulpen di saku saat mau tandatangan dokumen juga lupa. Sekarang saat baca juga begitu. Kenapa ini?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline