Lihat ke Halaman Asli

Erusnadi

Time Wait For No One

Tas Sekolah yang Dijanjikan Ayah Nay

Diperbarui: 23 Juni 2022   05:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejak kecil aku dan Nay bersahabat. Meski ketika masa TK, Nay tidak bersamaku. Ia tidak ikut kelas play grup maupun TK di masa itu. Kata bunda, dulu itu kehidupan keluarga Nay sangat prihatin.

Jadi ia sering dibawa oleh ibunya keliling menjual kue dari rumah ke rumah. Sebab itu Nay tidak mengikuti kelas tersebut.

Namun begitu, Nay sangat dekat denganku karena kediaman orang tua Nay, dan aku tidak terlalu jauh, meski beda RT.

Kedekatanku dan Nay kemudian menjadi seperti saudara saat di bangku sekolah dasar. Waktu kelas satu, Nay rangking satu, dan aku nomor dua. Sampai kelas tiga begitu berturut-turut.

Nay sangat aktif, dan disukai oleh teman-teman. Ia cerdas, pintar, dan pandai menari tarian daerah yang diajarkan di sekolah.

Guru-guru juga sangat senang dengannya. Selain periang, Nay juga ringan tangan untuk membantu sesama teman. Ia tidak pilih-pilih teman.

Namun kadang ada juga teman lelaki yang sering mengejeknya. Sebagai anak tukang kue, atau anak tukang ojek.

Tapi Nay tidak menanggapinya dengan marah, atau murung mendengarnya. Ia hanya bilang pada mereka, yang penting orang tuaku sayang, dan mereka bekerja halal.

Hingga di kelas empat, saat baru satu bulan mengikuti pelajaran di sekolah. Tiba-tiba Nay dipanggil oleh kepala sekolah.

Ibu kepala sekolah hanya berdiri saja di pintu kelas, dan memanggilnya pelan sembari mengayunkan tangan ke arah Nay. Guru yang sedang menulis di papan tulis pun menghentikan gerakannya sebentar.

Aku hanya melihat saja. Dan bilang pada Nay saat itu,"ada apa Nay?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline