Lihat ke Halaman Asli

Erusnadi

Time Wait For No One

Dongeng: Istriku Manusia

Diperbarui: 26 Januari 2021   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulanya raja ular Phyton bahagia. Anak semata wayangnya telah berjodoh. Ia kawin dengan seorang manusia wanita separuh baya. Kala kawin itu putranya hanya minta restu, tanpa raja saksikan. 

Ia tidak tahu apakah perkawinan anaknya itu juga disaksikan oleh wali wanita itu, dan tercatat di kantor urusan agama (KUA) manusia atau tidak. Atau apakah juga mengundang sanak keluarga manusia?

Raja ular tidak peduli. Ia hanya senang ketika itu, sebab anak semata wayangnya ini diharapkan kelak menjadi pewaris kerajaan ular di hutan belantara ini. Namun disayangkan olehnya sekian tahun kawin tidak juga hadir seorang anak yang akan menjadi cucunya.

Padahal ia sudah membayangkan, jika punya cucu, maka bisa jadi cucunya berkepala ular sebelah, kepala manusia sebelahnya. Atau kepalanya manusia, buntutnya ular, atau juga sebaliknya. Hal semacam ini akan menjadi gen yang luar biasa. Generasi ular bisa berkembang seperti  separuh manusia di planet bumi ini.

Karena itulah ia menjadi galau, dan kemudian mencoba mendekati putri ular, anak punggawa yang tersohor kecantikannya di kalangan ular betina.

Ia bilang,"hai punggawa, anakmu putri ular akan aku kawinkan dengan Phyton junior. Sebab sampai sekarang dia tidak peroleh anak."

"Siap tuan raja. Titah raja, hamba laksanakan."

Dari situ kemudian tidak perlu bertele-tele, segala persiapan perkawinan diadakan. Raja, dan punggawa hanya menunggu selesai, dan rapinya saja dari persiapan besar di hutan belantara ini. Segala undangan telah disebar hingga komunitas ular yang ada di dekat sungai-sungai pemukiman manusia.

Sementara di jantung kota antah berantah yang pemukimannya padat. Ular phyton junior sedang bercengkrama dengan istrinya yang manusia ini. Mereka sedang berbincang serius tampaknya. Berulangkali manusia wanita ini tampak menggerakkan kedua tangannya seolah marah. Sekali-kali juga seperti protes pada ular tersebut. Entah darimana ia kursus bahasa ular hingga lancar demikian rupa.

Katanya,"sekarang kamu ini banyak menuntut. Padahal semua kebutuhan kamu sudah aku penuhi."

Hanya dibalas oleh ular ini dengan mendesis,"ssshhh, ssshhhh, ssshhhh... ."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline