Mendengar kata filosofi rasanya berat untuk dipikirkan apalagi untuk bapak/ibu guru di Indonesia yang setiap harinya sudah cukup penat dengan tugas mengajar, membuat administrasi pembelajaran, melaksanakan penilaian yang berbagai macam, belum lagi bertanggung jawab dalam berbagai kepanitiaan acara disekolah (bagi sekolah swasta yang banyak sekali acara) wah... mana tahan!.
Filosofi, falsafah atau filsafat sebenarnya tiga istilah yang mengacu pada satu hal yang sama, yah serupa tapi berbeda namun terkait, sejujurnya saya juga bingung untuk membedakannya.
Arti kata filosofi adalah disiplin ilmu yang berfokus pada pencarian dasar-dasar serta penjelasan yang nyata (Chinn dan Krammer 1991). Sedangkan filosopi Pendidikan adalah hasil perenungan serta aliran pemikiran yang mendalam mengenai dunia Pendidikan (Pidarta 2001).
Filosofi Pendidikan merupakan salah satu dasar yang harus dipegang dalam pelaksanaan Pendidikan. Berkenaan dengan hal itu Indonesia memiliki filosofi mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang didalamnya juga menyangkut hal "Pendidikan", yaitu dalam UUD 1945.
Tujuan utama pendidikan Indonesia secara eksplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa". Dalam artian bahwa kata "mencerdaskan" adalah mengupayakan semakin berkembangnya kreativitas dalam menggunakan akal budi, untuk semakin memperbaiki peri kehidupan. Lalu apakah kita sebagai guru sekarang ini sudah mengupayakan mencerdaskan anak didik kita? Atau sekedar membuat mereka pintar?
Cerdas berbeda dengan pintar, seringkali orang menyamakan cerdas dengan pintar, padahal itu "sesuatu" yang berbeda. Orang pintar adalah orang yang pandai, mengetahui banyak hal, namun seringkali kurang mampu menerapkan pengetahuannya dalam menghadapi persoalan.
Sedangkan orang cerdas adalah orang yang cerdik, cermat dan memiliki kreativitas dalam menghadapi persoalan berdasarkan pengetahuannya. Orang yang cerdas pastilah dia pintar, namun orang yang pintar belum tentu dia cerdas.
Selama ini sebagai guru, saya terpaksa hanya berusaha membuat anak pintar, bukan cerdas. Ya, saya seringkali kurang mempunyai kesempatan mengasah kemampuan siswa saya untuk menjadi anak cerdas. Kebanyakan waktu habis untuk mengerjakan administrasi pembelajaran, penilaian yang bermacam-macam dan mempersiapkan mereka untuk Ujian Nasional.
Walaupun Ujian Nasional bukan penentu kelulusan tapi tetap saja "gengsi sekolah" dan "gengsi guru" ada pada nilai UN, jadi ya harus dikejar semaksimal mungkin.
Tapi masa itu sudah usai, mari kita kembali ke filosofi Pendidikan untuk "mencerdaskan" bukan hanya "memintarkan". Mari kita menjadikan anak didik kita cerdik dan cermat terutama menghadapi tantangan abad 21 dan era 4.0.
Bila dikaitkan dengan landasan filsafat ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi, kecerdasaan erat kaitannya dengan landasan yang ketiga yaitu aksiologi. Aksiologi adalah landasan filsafat yang berkaitan dengan nilai dan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.