Lihat ke Halaman Asli

Ersa Yulisea

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Pengembangan Batik Tulis di SMP Nasional Malang dan Implementasinya dalam Ekstrakurikuler untuk Pelestarian Budaya

Diperbarui: 17 Desember 2024   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Siswa-siswi SMP Nasional Malang Pengerjaan Batik 

Indonesia memiliki kekayaan budaya yang melimpah, salah satunya adalah batik, yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia (UNESCO, 2017). Batik tidak hanya mencerminkan identitas budaya, tetapi juga memiliki nilai sejarah, filosofi, dan ekonomi yang tinggi. Di tengah perkembangan zaman dan pengaruh globalisasi, pelestarian budaya tradisional seperti batik menjadi tantangan tersendiri, terutama di kalangan generasi muda (Redaksi, 2022).

Sekolah sebagai institusi pendidikan memiliki peran strategis dalam melestarikan budaya lokal. Salah satu cara untuk mengintegrasikan pelestarian budaya dalam pendidikan adalah melalui pengenalan keterampilan tradisional dalam kegiatan ekstrakurikuler. SMP Nasional Malang, sebagai salah satu sekolah yang peduli terhadap pelestarian budaya, telah mengembangkan program ekstrakurikuler batik tulis untuk siswanya. Program ini bertujuan tidak hanya untuk mengajarkan keterampilan membuat batik, tetapi juga menanamkan rasa cinta terhadap warisan budaya bangsa.

Pengembangan batik tulis di SMP Nasional Malang merupakan upaya komprehensif yang mencakup pembelajaran teknis, pemahaman filosofi motif batik, hingga pengaplikasiannya dalam berbagai kegiatan sekolah. Melalui program ini, siswa tidak hanya diajarkan cara membatik, tetapi juga diajak untuk memahami makna mendalam di balik setiap motif dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Artikel ini bertujuan untuk mengulas pengembangan batik tulis di SMP Nasional Malang, implementasinya dalam kegiatan ekstrakurikuler, serta dampaknya terhadap pelestarian budaya di kalangan generasi muda. Selain itu, kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi sekolah-sekolah lain untuk mengintegrasikan pelestarian budaya lokal dalam kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.

Program ekstrakurikuler batik tulis di SMP Nasional Malang menunjukkan keberhasilan dalam mengintegrasikan seni tradisional dengan pendidikan formal untuk pelestarian budaya. Awalnya dimulai sebagai tugas akhir dalam mata pelajaran Seni Rupa, program ini berkembang menjadi kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan siswa dalam proses kreatif membatik, mulai dari tahap perencanaan hingga pewarnaan. Implementasi program ini memberikan dampak positif yang signifikan, baik dalam pelestarian budaya lokal maupun pengembangan karakter siswa, seperti keterampilan, kesabaran, dan kreativitas.

Melalui pendekatan penelitian pengembangan, program ini dirancang dan dievaluasi secara sistematis menggunakan model ADDIE. Keberhasilan program ini tercermin dari antusiasme siswa, kualitas hasil karya, dan dukungan komunitas sekolah. Dengan berbagai tantangan yang telah diatasi, program ini memiliki potensi untuk terus berkembang, termasuk melalui pengembangan motif batik lokal dan integrasi dengan kewirausahaan sekolah.

Kesimpulannya, program ekstrakurikuler batik tulis tidak hanya menjadi sarana pembelajaran seni, tetapi juga berperan sebagai media pelestarian budaya yang relevan dan inspiratif. Keberhasilan ini dapat menjadi model bagi sekolah lain dalam mengimplementasikan pendidikan berbasis budaya lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline