Lihat ke Halaman Asli

ERRY YULIA SIAHAAN

Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Saya Dipanggil "Ompung"

Diperbarui: 18 April 2023   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ompung tertawa bahagia sambil menggendong cucunya pada perayaan Paskah Anak Sekolah Minggu di HKBP Cibinong Ressort Cibinong, Sabtu (15/4). (Foto: Ratna Siahaan/Dokumentasi pribadi)

Tak terkata bahagianya saya sepulang dari gereja, Sabtu (15 April) lalu. Bolak-balik saya disapa dengan panggilan "Ompung" oleh anak-anak yang sedang merayakan Paskah.

Memang sebelumnya, ketika memberikan sambutan, saya berpesan kepada mereka untuk memanggil saya dengan "Ompung" jika nanti atau pada hari lain bertemu saya, di mana pun. Rambut saya sudah banyak memutih. 

Usia saya di atas usia rata-rata ibu-bapak mereka. Saya juga sudah tergabung dengan kelompok paduan suara lanjut usia, di mana anggotanya ada yang menjadi ompung (kakek-nenek) mereka. Jadi, saya merasa, sebutan "ompung" lebih tepat buat saya bagi mereka. Toh, tidak lama lagi saya memang bergelar resmi "ompung" setelah cucu pertama saya lahir.

Tak butuh waktu lama, sekelar saya bicara di dekat altar, pesan saya menjadi kenyataan. Di pintu keluar gereja, saya langsung disapa demikian. Berkali-kali. Bahkan, ada anak-anak yang memanggil saya "Ompung" sambil menyentuh dan menggoyang baju atau badan saya dan menengadahkan kepala ke arah saya dengan tawa manis.

"Ompung," kata seorang anak usia taman kanak-kanak.

"Ompung," kata yang lain yang duduk di sekolah dasar.

Tentu saja, saya balas merespon dengan senyum tak kalah hangat. Senyum lepas yang benar-benar ikhlas, sembari menyapa dengan satu-dua kata agar mereka ikut merasakan sukacita dalam hati saya.

Sulit digambarkan dengan kata-kata. Hati saya meluap-luap, sama girangnya ketika tempo hari saya mendengarkan ada melodi dalam diri saya sewaktu tidur hingga saya terbangun karenanya.

***

Hari itu adalah perayaan Paskah Anak Sekolah Minggu (ASM) di HKBP Cibinong Ressort Cibinong. Sekitar 250 anak menghadiri acara sekitar empat jam itu bersama orangtua, saudara, dan kakek-nenek mereka. Cucu dari Pdt. Dr. T. Hutahaean juga hadir, bersama ompung doli-nya. (Ompung doli berarti kakek).

Inang Pdt. Dr. T. Hutahaean berbahagia saat menilai telur hias anak-anak kelas besar. (Foto: Ratna Siahaan/Dokumentasi pribadi)

Seperti biasa, acara diawali dengan ibadah. Lagu-lagu dalam ibadah sangat ceria. Nyanyian tersebut mudah sekali menularkan rasa girang kepada anak-anak dan keluarga. Saya bersama para ompung dan orangtua ikut bergerak-gerak dan bernyanyi menirukan gerakan guru sekolah minggu (GSM) dan anak-anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline