Benar-benar berbeda. Itu kesan Lia (seorang jemaat), senada dengan apa yang diinformasikan oleh Pdt. Monru Nainggolan sebelum ibadah dimulai. Baik soal lagu-lagu maupun soal petugas warta dan kantong persembahan.
Ibadah Paskah Minggu malam (9 April 2023) di HKBP Ressort Cibinong penuh dengan lagu-lagu ceria bersemangat, dengan musik yang lebih kompleks dan lebih ramai daripada biasanya. Ada clavinova, drum, dan saxsophone. Juga, gitar elektrik akustik. Biasanya, hanya clavinova atau keyboard, bisa juga ditambah uning-uningan (alat musik pukul khas Batak) dan/atau cajon (alat musik pukul berbentuk kotak, asal Peru).
Lagu-lagu yang dinyanyikan banyak yang bertempo lincah, bercorak lagu rohani umum, selain beberapa dari Kidung Jemaat dan Buku Nyanyian. Kidung Jemaat sempat menjadi buku lagu acuan untuk ibadah berbahasa Indonesia di HKBP, sebelum Buku Nyanyian diterbitkan. Sedangkan Buku Nyanyian merupakan versi bahasa Indonesia dari Buku Ende. Baik lagu dari Buku Nyanyian maupun dari Buku Ende, pun diiringi musik yang lincah dan semarak. Ini membuat ibadah lebih kental dengan corak informal, meskipun susunan liturgi tetap mengikuti aturan peribadatan HKBP.
Bahwa kesan Lia itu berbeda, karena biasanya, ibadah malam hari hampir sama dengan ibadah pada pukul 06.00 pagi, dalam hal pilihan lagu-lagunya. Yakni, hanya diambil dari Buku Nyanyian. Semua lagu dalam ibadah sudah tersusun dan ditulis dalam buku acara. Bahwa ternyata lagu-lagu pada Minggu malam malah berbeda, itulah yang diinformasikan oleh pendeta. Hal itu ternyata tidak merusak suasana. Bahkan, sangat membantu memunculkan sukacita.
Ibadah diawali dengan saat teduh, disusul dengan lagu "Hai Bangkitlah" dari Kidung Jemaat 340. Lagu berikutnya adalah "Bangkit Serukan Nama Yesus" (yang sering juga dinyanyikan oleh anak-anak Sekolah Minggu), "Selidikilah Aku", dan "Maukah Kau Dengar". Setelah itu lagu diambil dari Kidung Jemaat 362, kembali lagi ke lagu rohani umum, Buku Nyanyian 471, dan terakhir lagu rohani "Ku Kan Bangkit".
Di tengah ibadah, duet dari pemuda-pemudi mempersembahkan lagu rohani "Karena Salib-Mu". Sementara paduan suara Remaja dan Naposobulung (Remaja dan Pemuda) justru menyanyikan lagu dari Buku Ende, berbahasa Batak, "Dung Tuhan Yesus Nampuna Ahu", dengan aransemen yang keluar dari klise. Lagu dimulai dengan refrain, kemudian masuk ke stanza satu, refrain, stanza dua, dan seterusnya. Ini juga terkesan berbeda, sebab biasanya, paduan suara Remaja dan Naposobulung membawakan kidung berbahasa Inggris atau berbahasa Indonesia, yang merupakan lagu rohani pop.
Parompuan
Keberbedaan ibadah kali ini juga karena ada ibu-ibu berkebaya putih dan bersanggul cantik. Mereka bergabung dalam barisan prosesi yang dikepalai oleh pendeta ketika memasuki ruang ibadah.
Tanggal 9 April 2023 ditandai sebagai dimulainya kegiatan dalam rangka Parheheon Parompuan. Parheheon berarti Kebangkitan. Parompuan berarti perempuan. Jadi, ini adalah rangkaian aktivitas dalam rangka Kebangkitan Perempuan, yang akan diselenggarakan sampai pertengahan Mei. Berbagai lomba antarsektor akan digelar, seperti Cerdas Cermat Alkitab, lomba menyanyi, dan lomba menari. Juga digelar bazaar mingguan dan sebuah seminar.
Para ibu gereja sudah ikut melayani dalam dua ibadah sebelumnya, yakni pukul 06.00 dan 10.00 pagi. Mereka tampil sebagai pembawa warta dan petugas kantong persembahan.
Entah mengapa, jemaat yang hadir pada ibadah Minggu malam jauh lebih banyak daripada biasanya.