Lihat ke Halaman Asli

Lembayung; Antara Gersang dan Hujan

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiba-tiba saja aku merasa kita telah tiba di padang kegersangan. Tapi bukan gersang yang itu sayang; bukan gersang yang mengharap hujan.

Andai kau tahu apa arti lembayungku. Sebuah padu nila dan ungu dalam ayunan sepoi senja di punggung kerbau yang memulangkan gembala. Lembayung yang membuat hari tak lekas usai, seperti permainan sore tadi yang akan kita teruskan saat rembulan datang menerangi tanah lapang. Yang kadang kita lihat dari dekat pematang sawah dekat rumah, sebelum kita berangkat sekolah. Di sana, di sisi surya, yang terangnya lembut sehalus sutra…

Tak pernah ia seperti rimaku ini, jika kau baca tanpa suara, tanpa hati

Ah, Andai kau tahu lembayungku, kau pasti akan mengerti; kadang kegersangan tak berarti menginginkan hujan….

*) selamat Waisyak, selamat menjalankan dharma…
**) juga dipublish disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline