Lihat ke Halaman Asli

Sumpah, Ya Begitulah...

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika perasaan sudah terlampau berlebihan,
mungkin kita tak perlu punya rasa
Buang saja, entah kemana.

Bukankah semua cukup dengan Tuhan saja?
Lagipula Tuhan cukup bisa diajak bercanda, kukira.

Tentu, semua tetap dengan perkecualian.
Kecuali kita nyaman.
Sebab, sekali lagi, Tuhan pun tak pernah memaksakan.
Lagipula, kadang sesuatu yang kita ingat
membuat kita lebih bijak…

Aku akan hanya berkata;
Cukuplah kita bicara masa lalu
sebab aku terlalu merindu.

Kita sudah disini,
nikmati saja tiap detik di depan mata.
Bukankah ia lewat terlalu cepat?

Ingatlah, kau pernah mencoba menyalahkan waktu,
tapi pernahkah ia mau kembali padamu?

Jadi
Aku tak mau membuang detikku demi
hal yang tak pernah bisa kunikmati….
Aku adalah aku yang belajar menikmati kenyamanan ini;
berteduh pada wajahmu yang megah, menyusur ruas matamu yang indah, lalu kemudian merengkuh jiwamu yang basah.

Ah, sumpah!
Pujianku yang belakangan agak norak.
Tapi gimana lagi,
karena; sumpah, ya begitulah…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline