Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Psikologis dan Pengetahuan Ibu terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Diperbarui: 5 Mei 2023   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber:pexel.williamfortunato

Sumber daya manusia bersama-sama dengan teknologi dianggap sebagai keunggulan kompetetif untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju. Salah satu cara agar sumber daya manusia Indonesia berkualitas adalah sejak bayi dilahirkan perlu memperhatikan gizi makanannya. Gizi terbaik saat bayi dilahirkan adalah pemberian ASI eksklusif, artinya ASI diberikan  setengah jam setelah melahirkan, dan dalam kurun waktu 6 bulan tidak ditambah dengan makanan pendamping ASI lainnya.

Banyak penelitian menjelaskan bahwa ASI eksklusif sangat berguna untuk perkembangan bayi. Dengan ASI eksklusif anak menjadi lebih pandai dan lebih sehat, IQ nya bagus. Disamping itu lebih jarang mencret, jarang mengidap radang paru-paru, dan jarang radang otak, dan juga dapat menurunkan angka kematian bayi dan balita.

ASI eksklusif disamping berguna untuk bayi, juga berguna untuk ibu karena aktifitas mengisap sang bayi dapat mengatasi rasa tidak enak di payudara yang dipenuhi air susu, dapat menghentikan pendarahan, mencegah kanker, dan ibu cepat pulih. ASI eksklusif dapat menghentikan pendarahan ibu dapat dijelaskan sebagai berikut, setelah melahirkan hormon oksitosin mempengaruhi  proses pengeluaran ASI dari kelenjar susu, hormon ini juga mengakibatkan otot-otot polos rahim berikut pembuluh darahnya mengkerut. 

Kalau otot-otot di rahim mengkerut, otomatis pembuluh darah yang terbuka akan terjepit sehingga perdarahan akan segera berhenti. Efek ini akan bekerja maksimal jika setelah melahirkan, ibu langsung mulai menyusui bayinya.

Asi eksklusif dapat mencegah kanker karena  dari penelitian yang dilakukan, didapat kenyataan yang jelas bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil dibanding ibu  yang tidak menyusui secara eksklusif. Mekanisme pemberian ASI ini bisa sampai mengurangi risiko kanker memang belum bisa dipahami secara pasti.

Pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi banyak faktor diantaranya karena perubahan sosial budaya, psikologis, fisik, pengetahuan ibu, meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI dan penerangan yang salah dari petugas kesehatan. Dalam tulisan ini akan difokuskan pada faktor psikologis dan pengetahuan ibu yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif.

Berbicara tentang  faktor psikologis berarti berbicara tentang kejiwaan. Pada dasarnya jiwa manusia dibedakan menjadi 2 aspek, yakni aspek kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality). Aspek kemampuan meliputi prestasi belajar, inteligensia dan bakat. Sedangkan aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap dan motivasi.

Kepribadian merupakan suatu proses dinamis di dalam diri, yang terus menerus dilakukan terhadap sistem psikofisik (fisik dan mental), sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap orang terhadap lingkungan. Secara filosofis dapat dikatakan bahwa pribadi adalah aku yang sejati dan kepribadian merupakan penampakan sang aku dalam perilaku tertentu. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Bila ditinjau dari pemberian ASI eksklusif, maka faktor psikologis ibu yang mempengaruhi pemberian ASI adalah ibu takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita. Disamping itu pemberian ASI menimbulkan rasa nyeri pada ibu sehingga merasa tertekan saat menyusui.. Hal lainnya adalah karena takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang, dan juga sebagian ibu berpendapat bahwa menyusui hanya akan menjadi beban kebebasan pribadinya dan memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya.

Berkaitan dengan pengetahuan, maka pemberian ASI eksklusif tidak dilakukan oleh para ibu karena kurangnya pengetahuan ibu. Hal ini disebabkan karena ibu tidak mendapat pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan, orang-orang terdekat atau melalui media cetak ataupun media elektronik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline