Lihat ke Halaman Asli

Erniwati

ASN Yang Doyan Nulis Sambil Makan, Humas Kanwil Kemenkumham NTB

Kekerasan di Sekolah dan Pentingnya Seni Beladiri Bagi Anak

Diperbarui: 4 Oktober 2024   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekerasan di sekolah sebenarnya bukanlah hal baru, terlebih bagi kita-kita yang kelahiran 80-90 an. Pasalnya kita harus akui bahwa selain keluarga, lingkungan sekolah merupakan miniatur kecil dari kehidupan sosial yang ada.

Berbagai persoalan orang dewasa, maupun pelanggaran sebenarnya ada juga di lingkungan sekolah. Katakanlah jika kita ingin bicara lingkungan kerja saat ini, atau di lingkungan kantor, pasti ada orang berwatak kemayu, ada yang keras, ada suka julid, ada yang suka ghibah, atau ada yang suka mengambil hak orang.

Maka sama juga dengan lingkungan sekolah, dimana semua adalah anak-anak yang sedang bertumbuh dan berkembang, baik secara fisik dan mentalnya. Mereka tak jarang belum benar-benar paham apa itu sakit dan menyakiti, atau benar dan salah. Belum begitu mahfum juga bagaimana memperbaiki kesalahan mereka sendiri.

Faktor Pemicu Munculnya Kekerasan di Sekolah

Kekerasan di lingkungan sekolah pastinya tidak hadir begitu saja tanpa ada faktor pemicunya. Karena kita pahami bersama, bahwa anak adalah canvas putih yang kita lukis sebagai orang dewasa, pun dengan lingkungan sekitarnya.  Didikan sejak bayi, balita sudah mulai menjadi warna yang ditorehkan di atas canvas ini.

Belum lagi lingkungannya, yang sudah psti sedikit banyak akan sangat menorehkan ingatan dan memori di dalam benaknya, ibarat percikan warna di atas canvas yang tak hilang. Oleh sebab itu, perlu kita ketahui juga, apa saja sih faktor pemicu munculnya kekerasan oleh anak di sekolah.

Berikut ini saya rangkum faktor pemicu munculnya kekerasan oleh anak di sekolah dari berbagai sumber antara lain :

1. Lingkungan Keluarga

Seperti yang tadi saya sampaikan, bahwa keluarga atau rumah tangga adalah sumber awalnya. Karena banyak sekali sumber referensi yang menuliskan bahwa Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang keras atau mengalami kekerasan cenderung meniru perilaku tersebut di sekolah.

Selain itu, Orang tua yang kurang memberikan perhatian atau pengawasan terhadap anak dapat menyebabkan anak mencari perhatian di luar, termasuk dengan cara kekerasan. Sadar atau tidak, kadang anak-anak pun tidak sadar bahwa dirinya sedang mencari perhatian meskipun dengan cara yang salah.

2. Pengaruh Teman Sebaya

Untuk yang ini, tentu saja kita bicara lingkungan , dimana anak bergaul dan berinteraksi sehari-hari. Tak jarang, Keinginan untuk diterima oleh kelompok atau teman sebaya dapat mendorong anak untuk melakukan tindakan kekerasan. Karena si anak pada dasarnya belum paham, bahwa yang dilakukannya salah.

Belum lagi dengan adanya perilaku Bully yang dianggap sepele. Anak yang menjadi korban bullying seringkali akhirnya menjadi pelaku kekerasan sebagai bentuk pelampiasan.

3. Faktor Pribadi

Ada juga faktor dari internal si anak, dimana si anak tak jarang memiliki Emosi yang Tidak Terkendali. Anak yang kesulitan mengontrol emosi, seperti kemarahan atau frustrasi, lebih rentan terlibat dalam kekerasan. Selain itu, Masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, atau gangguan perilaku juga berkontribusi terhadap perilaku agresif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline