Lihat ke Halaman Asli

Bukan Peluh di Atas 10 KM

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

133410933675610513

Heemm... Keadilan ?? bagi hampir seluruh bangsa dari negara yang katanya menganut nilai-nilai tentang ajaran moral yang universal didalam landasan hukumnya, pasti sudah tidak asing lagi tentang makna sebuah keadilan. Tapi apakah anda yakin semua lapisan masyarakat atau bolehlah kita ambil contoh petinggi negara dan wakil rakyat, mereka sudah benar-benar mengerti dan paham tentang arti yang sebenarnya dari susunan kata yang biasanya lebih banyak kita dengar ketika masa pemilihan datang. Yaa... suara-suara yang menjajikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat dari negara kaya raya ini. Apa sejahtera itu dengan diberi banyak uang, makanan, pakaian, dan seluruh kebutuhan hidup ? atau Sejahtera itu tertawa luas terbahak-bahak ? Pada suatu hari salah seorang teman saya terkena razia penertiban lalu lintasdan kendaraannya pun dibawa anggota keamaanan yang saat itu tengah bertugas. Tapi anehnya, salah satu teman kami yang lain dan beberapa orang yang sedang "mujur" tidak terrazia sama sekali. Tak berselang beberapa hari saya menenaminya ke kantor untuk mengambil surat penting dari kendaraan yang selalu setia mengantarnya kemanapun. Kami datang sekitar pukul 14.00 WIB. Disana kami disuguhi beberapa pertanyaan, dan untuk pertanyaan yang terakhir kami ditanya apakah kami akan mengikuti sidang di salah satu kota lain atau membayar denda ditempat. Kami kaget bukan main, karena saat itu kami tidak membawa uang sebesar yang diajukan. Kami memohon untuk diberi sedikit keringanan dengan pertanyaan pembelaan "kenapa tidak semua orang dirazia ?", tentu dengan logat sedikit bercanda. Menurut beberapa wacana, razia ditujukan untuk mereka dengan knalpot tidak sesuai standar dan mereka yang tidak memiliki SIM, tapi pada kenyataannya banyak diantara mereka yang melakukan kesalahan masih mujur dan dibebaskan. Mereka menyuruh kami untuk mengadu di lapangan karena di kantor hanya menangani proses.. kami benar-benar tidak memiliki uang, tetapi pada akhirnya sekali tidak yaa tetap tidak... Akhirnya setelah menggeledah tas, saku, dan tempat-tempat yang memungkinan ada sisa sisa uang. Yaaaa... akhirnya . .. Rp. 100.000 seperti keluar dari mulut harimau masuk kedalam lubang buaya... hanya tersisa Rp.500 untuk ongkos kami pulang. kami memohon untuk diantarkan pulang, tapi jawaban yang kami terima be-benar bukan yang diharapkan. Mulai dari tidak ada yang menjaga pos, sampai karena hujan . Akhirnya kami pulang dengan sisa tenaga dan ditemani gerimis yang tidak berhenti sampai kami tiba ke tempat les. Kami berjalan kaki sejauh kurang lebih 10 km . huuuhhhh..... Banyak sekali pelajaran yang dapat saya petik dari kondisi yang terjadi negara kita saat ini. Pernah juga saya mendengar berita bahwa ada seorang ayah yang harus sampai berjalan kaki ke ibukota hanya untuk menuntut keadilan untuk kematian anaknya. Yaaa... mungkin hanya dengan kita menjadi orang besarlah kita akan dihargai. Jadi, jangan pernah sia-siakan setiap kesempatan yang memungkinan menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih baik. "korban oknum"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline