Menikmati keindahan alam merupakan salah satu kenikmatan tersendiri dan tidak pernah bosan untuK selalu dirasakan. Entah Cuma saya atau kalian semua juga merasakannya, bersama alam saya mendapatkan kedamaian yang tiada duanya hehehe. Semilir angin terkadang membuat saya semakin terhaNyut dalam menikmati keindahan alam. Pegunungan, air terjun, laut semuanya wisata alam yang tak pernah bosan untuk saya kunjungi.
Beberapa waktu yang lalu ketika mengunjungi kota batu mengunjungi sebuah wahana alam yang sangat memuaskan. Eitsss teman-teman kompasiana jangan bilang tidak tahu dimana itu Batu? Hehehe… oke-oke saya jelaskan, Batu merupakan salah satu Kota di JawaTimur yang mempunyai sejuta wisata alam. Batu yang terletak di dataran tinggi dengan semilir anginnya yang sangat sejuk semakin mendukung untuk wisata alam. Terkadang saya menyebut Batu merupakan Syurga yang bisa dinikmati semua makhluk-Nya, terutama saya.
Kali ini saya memilih mengunjungi kawasan Coban Talun. Tempat yang dulunya hanya memiliki keindahan air terjunnya yang mencapai ketinggian 75 meter. dengan suhu sekitar 18-23 C, bisa dibayangkan bagaimana sejuknya kawasan Coban Talun. Yah dulu bagi sebagian mahasiswa, pelajar ataupun masyarakat tempat ini hanya dijadikan sebagai tempat perkemahan, termasuk saya pada tahun 2011 yang melaksanakan Diklat Jurusan sewaktu menempuh S1.
Tetapi ketika 2017 saya mengunjungi Coban Talun kembali, Waaaaww amazinggg…. pemandangan yang sangat berbeda, yang dulunya saya hanya menikmati indahnya air terjun, namun sekarang saya bisa merasakan nuansa suku indian. Tempat ini lebih dikenal dengan “Kampung Apache”. Kampung Apache merupakan salah satu suku yang berasal dari daerah Amerika Utara dapat kita nikmati di Kota Batu. Tepatnya di Desa Wonorejo, Tulungrejo, Bumiaji Batu. coban talun berada diketinggian 950 mdpl. jaraknya dari kota malang hanya sekitar 15km dengan akses jalan yang sangat mudah ditempuh. Dengan biaya masuk yang sangat terjangkau, yaitu sekitar Rp 7.500,00 per orang. Saya mulai menyelusuri keindahan yang tersedia. Tempat ini juga menawarkan beberapa spot foto yang sangat menarik dan sayang kalau tidak dibuat berselfieria, biar kekinian gituuu, hehe…. Dengan menambah biayaRp. 5.000,00 untuk masing-masing pengunjung jika ingin melakukan kegiatan selfie-selfie di area “Kampung Apache”. selain ada Apace camp, terdapat beberapa spot foto yang sangat sayang untuk dilewatkan, antara lain Pagupon, Kupu-kupu raksasa, bunga matahari raksasa dan kebun bunga.
Di kawasan Kampong Apache terdapat tempat bermalamala-ala suku indian, bagi pembaca kalau ingin bermalam di camp Kampung Apache cukup hanya mengeluarkan biaya sebesar Rp. 500.000,00 per malam. Lumayan mengurangi isi dompet, tapi kalian yang mau menikmati camp ala-ala Indian jangan khawatir. Dengan harga yang lumayan mahal, kita mendapatkan fasilitas tempat tidur, laci, kursi dan kamar mandi pribadi.
Bagi pembaca yang menyukai keindahan bunga-bunga tidak perlu khawatir, tempat ini juga menyediakan taman bunga yang terletak di sebelah area camp. Tapi sayang, ketika saya ke sana bunga-bunga yang ad abelum bermekaran. Sedikit kecewa, tapi tidak masalah karena Coban Talun sudah memberikan keindahan alam yang luar biasa.
Eitss,,, bagi teman-teman yang suka nongkrong jangankhawatir, tempat ini sangat lengkap. Di area Kampung Apache juga disediakan cafee sehingga teman-teman pembaca bisa menikmati keindahan Coban Talun semakin sempurna.
Di kawasan Kampung Apache, selain memiliki keindahan alam yang luar biasa indahnya, di tempat ini juga terdapat mitos yang dipercaya oleh masyarakat. Salah satu mitosnya adalah adanya jembatan di kawasan ini yang apabila ke sana bersama pasangan dan mampu melewati jembatan tersebut bersama maka akan membuat hubungan langgeng. Sejarah adanya jembatan di Coban Talun adalah konon digunakan sebagai tempat pertemuan antara Pangeran dari Kerajaan Kediri yang bernama Jaya Nalendra dan Dewi Seruni. Ceritanya dulu sang pangeran sedang melakukan pertapaan di atas Bukit Kalindra, tujuan pertapaan pangeran untuk mendapatkan jodoh. Akhirnya sang pangeran menemukan petunjuk dan sang pangeran berjalan ke arah utara dan sampai di sungai yang berada di dekat jembatan. Nah di tempat itulah sang pangeran melihat seorang putri cantik yang sedang mengambil air. Gadis itu bernama Dewi Seruni, anak seorang resi bernama Ki Ageng Trith. Dari situlah mereka saling bertemu dan akhirnya jatuh cinta. Sampai detik ini akhirnya jembatan tersebut mendapat julukan “Jembatan Cinta”.
Itulah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat sekitar, namun untuk masalah kebenarannya sendiri belum bisa dipastikan hehe,, karena kata pepatah "Jodoh di Tangan Tuhan".
Bagi saya, Coban Talun menunjukkan betapa hebatnya sang pencipta yang menciptakan keindahan yang luar biasa. Namun dibalik keindahan yang terdapat dalam kawasan Coban Talun, kita juga harus tetap dapat memilihara keindahannya, mulai dari menjaga kebersihannya, keindahan air terjunnya serta tetap menjaga keberlanjutan ekosistem yang ada didalamnya. Karena jika kita menjaga keindahan yang ada selain memberikan manfaat kepada masyarakat karena dapat digunakan sebagai tempat wisata, tentu saja akan ada manfaat yang sangat besar bagi kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Kawasan Coban Talun termasuk juga kawasan hutan yang apabila kelestariannya terjaga tentu saja dapat meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik dan tentu saja dapat mengurangi peningkatan global warming.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H