Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Caramu Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan? Yuk Simak Caraku...

Diperbarui: 3 Agustus 2019   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kata "stabil" bisa berarti mantap, kukuh, tidak mudah goyah. Ibarat sebuah pohon yang ditopang dengan akar yang kuat, tidak mudah roboh saat ada angin kencang menerpa.

Stabilitas Sistem Keuangan berarti sebuah kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien, serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

Lalu, bagaimanakah cara menjaganya agar sistem keuangan nasional tetap stabil? Untuk bisa lebih mudah menemukan jawaban atas pertanyaan ini, saya akan mengambil skala yang lebih kecil, ambil contoh : sistem keuangan keluarga.

Sistem Keuangan Keluarga

Setiap keluarga pasti berusaha agar kondisi keuangannya tetap sehat dan stabil, tidak terjadi krisis keuangan yang bisa menyebabkan berkurangnya kesejahteraan anggota keluarga atau bahkan menimbulkan konflik dalam rumah tangga.

Namun kenyataannya tidak demikian, layaknya sebuah perahu yang berlayar di lautan luas, tak jarang badai datang tak terduga dan memporakporandakan semua isi kapal beserta keselamatan awak dan penumpangnya. 

Saat badai menyapa perekonomian rumah tangga kita, apakah dampak yang ditimbulkan? Angsuran tak terbayar, bunga kartu kredit yang makin menggembung, utang yang makin membengkak, pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari  yang makin berantakan, dan tak jarang merembet ke percekcokan suami istri yang akhirnya berujung perceraian. Tentu, sebuah dampak yang cukup fatal jika semua anggota keluarga tidak bahu membahu menjaga kestabilan keuangan dan saling bersinergi mengatasi masalah yang timbul saat badai menempa.

Badai perekonomian keluarga bisa disebabkan baik dari faktor internal maupun faktor eksternal.

Contoh faktor internal ialah salah satu anggota keluarga sakit berat sehingga membutuhkan biaya penyembuhan dan pemulihan yang cukup besar. Otomatis, sumber dana yang sedianya akan dialokasikan untuk kebutuhan primer, menjadi berkurang atau bahkan defisit. Apalagi apabila satu-satunya sumber pendapatan keluarga macet karena sang pencari nafkah tiba-tiba sakit, kehilangan pekerjaan atau bahkan meninggal keluarga.

Sedangkan contoh faktor eksternal berupa bencana, misalnya kebanjiran, gunung meletus, atau terkena gempa bumi yang berakibat pada rusaknya rumah beserta isinya, sehingga harus mengeluarkan sejumlah dana untuk perbaikan maupun pengadaan.

Nah, untuk mengantisipasi dampak dari faktor penyebab ketidakstabilan keuangan tersebut, maka perlu diperlukan langkah seperti :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline