Lihat ke Halaman Asli

Erdya InekaS

Mahasiswa Sarjana

Bara Gerbang Air Mata terhadap Stabilitas Ekonomi Politik Internasional

Diperbarui: 28 Februari 2024   11:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bara Gerbang Air Mata terhadap Stabilitas Ekonomi Politik Internasional

Konflik Israel dan Palestina menunjukkan situasi yang semakin buruk. Konflik tersebut membuat aktor geopolitik lain seperti Blok Barat dan Aksis Iran ikut terlibat. Situasi di Timur Tengah dapat menjadi pertanda yang akan mempengaruhi perekonomian global ke depan.

Sejak dilancarkannya serangan terhadap kapal-kapal kargo di Laut Merah membuat situasi dunia semakin memanas. Serangan tersebut dilakukan oleh milisi Houthi Yaman sebagai dukungan terhadap Palestina atas okupasi Israel. Kapal-kapal kargo yang terafiliasi dengan Israel menjadi sasaran bagi Houthi. Sebagai respon terhadap serangan kapal-kapal perdagangan di Laut Merah membuat Barat menjadi geram.  Hal tersebut akan mengakibatkan gangguan pada jalannya perdagangan internasional. Parahnya kembali, apabila krisis ini berkepanjangan akan berdampak pada perekonomian global.

Siapakah Houthi Yaman? 

Sebuah kelompok pemberontak di Yaman yang berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah. Menuntut perubahan politik dan ekonomi serta meningkatkan kekuasaan Syiah Zaidi di negara tersebut. Menguasai sebagian besar Utara Yaman termasuk ibu kota San’a sejak tahun 2014. Memperkuat kekuatan mereka atas pelabuhan utama di Laut Merah, termasuk Pelabuhan Hudaydah. Dengan mengendalikan akses ke pelabuhan-pelabuhan. Houthi dapat secara efektif memblokir lalu lintas maritim yang vital bagi perdagangan internasional.

Blokade Gerbang Air Mata

Tidak hanya melakukan serangan saja, milisi Houthi Yaman juga memblokade Gerbang Air Mata atau akses keluar Laut Merah Selatan. Blokade ini membuat para perusahaan seperti Maersk dan Mediterranean Shipping Company terpaksa memutar akses pengiriman melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Bahkan memaksa bagi perusahaan untuk mengurangi jumlah pengiriman akibat tarif pengiriman yang tinggi.

Di sisi lain akses rute pada laut merah ini memainkan peranan yang penting. Rute ini menjadi salah satu akses terpenting dalam memasok komoditas global. Minyak dan bahan bakar melalui Terusan Suez atau pipa Sumed, termasuk komoditas Asia dan minyak Rusia. Menurut perusahaan analisis minyak Vortexa sekitar 7,80 juta barel minyak mentah dan bahan bakar melintasi laut tersebut pada 2023. Naik sebesar 6,60 juta barel sepanjang 2022 dan 20 tahun lalu. Sedangkan menurut Badan Informasi Energi AS, 12% total dari perdagangan minyak dikirim melalui laut pada tengah 2023. Serta 8% perdagangan LNG (Bahan bakar) melewati pipa Sumed, Gerbang Air Mata.

Hambatan Aktivitas Perdagangan Internasional

Blokade Laut Merah yang dilakukan oleh Houthi Yaman telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap ekonomi politik internasional. Dengan menghambat arus perdagangan melalui jalur maritim yang vital ini, blokade tersebut telah memicu serangkaian konsekuensi ekonomi dan politik yang meluas di tingkat regional dan global.

Blokade Gerbang Air Mata memaksa perusahaan-perusahaan untuk merubah jalur pengiriman. Perubahan pada jalur pengiriman ini mengakibatkan jarak tempuh yang semakin jauh. Contohnya pada kapal dari Eropa Barat yang hanya memerlukan jarak 18.500 kilometer untuk bisa sampai ke Taiwan atau China jika melewati Terusan Suez. Kini dengan melewati Tanjung Harap, harus membutuhkan jarak lebih dari 25.000 kilometer.

Krisis ini tidak dapat dianggap sebagai sebelah mata, apalagi jika krisis ini akan berdampak berkepanjangan. Dengan bertambahnya jarak sebesar lebih dari satu setengah kali lipat pastinya menghambat proses transportasi logistik secara global. Hambatan yang berdampak pada jarak dan waktu ini juga berimbas pada naiknya ongkos pengiriman.

Padahal, setidaknya 17.000 kapal melintasi di sepanjang Terusan Suez sampai selat Bab al-Mandab. Apabila ditotal, tidak kurang dari 12 persen aktivitas perdagangan global melalui jalur tersebut. Maka, jalur perdagangan yang membawa lebih dari 1 triliun dollar AS per tahun dapat dipastikan mengalami gangguan beberapa waktu ke depan.

Di sisi lain, krisis ini juga memperumit ketegangan kawasan regional Timur Tengah. Blokade yang dilakukan oleh Houthi Yaman memperburuk ketegangan antara Arab Saudi dan Uni Emiret Arab. Dimana Uni Emiret Arab mendukung pemerintahan yang sah di Yaman. Hal ini memicu ketegangan eskalasi konflik dan memperumit penyelesaian konflik. Ditambah lagi, blokade ini mengundang Blok Barat semakin geram terhadap aksi yang dilakukan oleh Houthi Yaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline