Merokok adalah kebiasaan yang sulit untuk dihentikan, kebiasaan merokok ini pun, menimbulkan kontroversial dan debat di masyarakat. Salah satu aspek yang sering diperdebatkan adalah kecenderungan perokok aktif untuk menolak atau mengabaikan risiko kesehatan yang berkaitan dengan kebiasaan mereka. Banyak perokok aktif yang tetap merokok me
skipun sudah mendapat peringatan dari dokter, keluarga, atau teman. Apa yang membuat mereka begitu keras kepala?
Fenomena Merokok
Seperti yang kita ketahui,merokok adalah kegiatan menghisap dan menghirup asap yang dibakar, seperti rokok,cerutu, atau pipa. Tembakau mengandung berbagai zat kimia berbahaya seperti nikotin, tar, dan karbon monoksida yang telah terbukti menyebabkan berbagai penyakit serius seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru.
Perokok aktif berasal dari berbagai rentang usia, mulai dari orang dewasa hingga remaja. Banyak para remaja yang bahkan masih dikategorikan sebagai usia di bawah umur sudah melakukan kegiatan merokok ini, biasanya mereka melakukannya karena rasa keingin-tahuannya dalam merokok, dan juga beberapa diantara mereka melakukan hal tersebut dikarenakan diajak oleh temannya ataupun ingin merasa keren didepan teman-temannya.Itulah mengapa pengaruh teman sebaya dan tekanan sosial dapat memicu kebiasaan merokok.
Para perokok sering mengeluarkan alasan-alasan untuk mempertahankan kebiasaan mereka. Beberapa menganggap merokok sebagai cara untuk menghilangkan stres, menemani saat bersantai, atau sebagai bentuk ekspresi identitas diri. Mereka juga mungkin merokok sebagai cara untuk bersosialisasi, mengatasi stres, atau mengekspresikan diri. Perokok aktif mungkin merasa bahwa merokok memberikan mereka manfaat-manfaat tertentu, seperti kepercayaan diri, kreativitas, atau kesenangan. Oleh karena itu, mereka akan menolak atau mengabaikan informasi-informasi yang menunjukkan bahaya merokok bagi kesehatan. Namun, penolakan terhadap risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh merokok tidak bisa dianggap enteng.
Para perokok aktif, yang biasanya merupakan individu dewasa, cenderung mempertahankan kebiasaan merokok mereka meskipun sudah mendapatkan peringatan dari dokter ataupun keluarga mereka. Mereka seringkali mempertahankankebiasaan ini karena merasa bahwa kenbiasaan merekok adalah hka mereka yang tidak boleh diganggu-gugat. Meskipun sudah ada bukti yang kuat tentang dampak negatif merokok terhadap lingkungan dan orang di sekitar mereka, perokok aktif seringkali membuang asapnya ke udara terbuka, dapat meningkatkan resiko paparan pasif bagi individu di sekitarnya.
Selain itu, banyak perilaku aktif menunjukkan perilaku defensif ketika masalah merokok dibahas dan hal ini dapat menghambat upaya-upaya untuk memberikan informasi dan dukungan kepada mereka untuk berhenti merokok. Selain itu, perokok aktif cenderung mengabaikan resiko finansial jangka panjang dengan mengatakan bahwa banyak orang orang sukses yang juga merokok dan bahkan memberikan bukti-buktinya. Meskipun mereka tahu bahwa biaya pengobatan penyakit yang berkaitan dengan rokok,seperti pengobatan penyakit paru-paru dan jantung, dan juga menyebabkan beban finansial yang signifkan bagi perokok aktif, seperti membeli rokok tidaklah murah. Banyak juga dari mereka yang bahkan sering mengeluarkan perilaku seperti mudah marah, dan hal hal lain yang dapat menimbulkan perdebatan apabila dinasehati oleh orang lain.
Untuk mengatasi keras kepala perokok aktif, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Pertama, perokok aktif harus menyadari dan mengakui bahwa mereka memiliki masalah dengan merokok, dan bersedia untuk berubah. Kedua, perokok aktif harus mencari bantuan dari sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan, motivasi, dan saran, seperti keluarga, teman, dokter, atau konselor. Ketiga, perokok aktif harus memilih metode yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka untuk berhenti merokok, seperti obat-obatan, terapi nikotin, hipnoterapi, akupuntur, atau terapi perilaku kognitif. Keempat, perokok aktif harus menghindari atau mengatasi faktor-faktor pemicu yang dapat membuat mereka ingin merokok, seperti stres, bosan, sedih, atau tekanan sosial.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perokok aktif cenderung keras kepala karena dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan sosial. Keras kepala adalah perilaku yang tidak baik, karena dapat menghambat perkembangan diri, kesehatan, dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu, perokok aktif sebaiknya berusaha untuk mengurangi atau berhenti merokok, dengan cara mencari bantuan profesional, bergabung dengan komunitas atau program anti-rokok, atau menggunakan terapi pengganti nikotin. Selain itu, perokok aktif juga perlu meningkatkan kesadaran, keterampilan, dan sikap positif dalam berpikir dan bertindak, dengan cara belajar, berdiskusi, atau berbagi dengan orang lain, terutama yang memiliki pandangan atau pengalaman yang berbeda. Dengan demikian, perokok aktif dapat menjadi lebih sehat, cerdas, dan bijaksana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H