Lihat ke Halaman Asli

Erna Suminar

Pembelajar, sederhana dan bahagia

Gerimis di El Tari (1)

Diperbarui: 10 Januari 2016   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang perempuan berkulit kuning, bertubuh mungil dan berkaca mata minus menyeret kopor berwarna merah. Tas kulit berwarna  krem  dan satu  tas lainnya berisi kamera  tercangklong  di bahunya.    Dia  memakai rok lilit batik     motif hitam abstrak dengan dasar putih, yang panjangnya hingga menyentuh mata kaki, serta   blus casual lengan panjang  berwarna putih.  Ia berjalan dengan sepatu  kanvas  putihnya seakan  sedang dikejar hantu di pelataran  Terminal 1, Bandara Soekarno-Hatta.

Jakarta yang macet, hampir membuatnya   gagal terbang.  Waktu boarding tidak lama lagi.   Tak terbayangkan jika ia  memakai sepatu high heels  dalam kondisi terburu-buru dan dikejar waktu,   barangkali ia akan terjatuh berulang kali.

Ribuan orang   di bandara seperti anai-anai yang bergerak kian kemari. Ratusan orang yang berpapasan hanya sekedar perjumpaan wajah – tak   sedikit pun terikat emosi. Jiwa mereka seakan  tak berasa – semua  sibuk dengan pikiran dan tujuannya sendiri.  Rupanya, semakin tinggi teknologi,  manusia makin sibuk bergerak kian ke mari. Orang-orang yang duduk diam di kursi-kursi  ruang tunggu tak kalah sibuk  dengan gadget  yang mengambil alih hubungan, dan mengeyahkan kehadiran orang di sekitarnya.  Betapa sibuknya dunia.

            Ia memperlihatkan print out  e-ticket  kepada petugas.

            “Ayunda Adriana?”

            “Ya, saya..” jawabnya  terburu-buru.

            “Kartu identitasnya,” tukas petugas.

Calon penumpang itu merogoh dompet  warna hitam,  lalu  mengeluarkan KTP-nya dan diberikan kepada petugas.

Perempuan  pegawai sebuah maskapai penerbangan  mencocokan  nama pada kartu identitas  dengan tiket.  Petugas itu   memakai contact lens berwarna biru.   Tato alis  hitam legam  memalsukan dari garis alis yang sebenarnya – garis yang sebenarnya terlalu tegas untuknya.    Kelopak matanya dilapisi eyeliner hitam dan bulu mata yang dipaksa lentik. Bibir disapu lipstik merah muda.   Bibirnya agak tebal, namun  dilukis garis bayangan dan dasar lipstik warna kulit  supaya  terlihat lebih tipis.  Nampak ia sejenis perempuan yang  suka memperkosa wajahnya sendiri dengan yang berbau imitasi, dan  tidak cukup percaya diri dengan wajah aslinya.   Dadanya membusung sexy seperti buah pepaya (apakah ia memakai silikon di payudara?).  Berapa lama waktu yang dipakai  untuk merias wajah seperti itu?  Seperti apakah wajahnya jika tanpa topeng   sama sekali? Barangkali pucat seperti mayat? Setelah selesai, petugas itu  ia menghadiahi senyuman dan kalimat standar di mana semua calon penumpang mendapat kloningannya.  Kemudian, pikiran calon penumpang itu pun berhenti  menari-nari, sesaat petugas tersebut memberinya boarding pass.

“Langsung naik ke pesawat, Mbak..”

Calon penumpang itu berhenti menilai penampilan perempuan di hadapannya. Ia kembali berlari-lari dengan sangat terburu-buru. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline