Soleram
So,
jika suatu saat kau menemukan bintang yang tak bernama. Itulah puisi kita. Dia adalah bintang yang paling gagap di angkasa. Karena puisi kita tak ada kata-kata. Tak ada kenangan yang dapat diunggah untuk menjadi lembar-lembar cerita Kita tak tak pernah punya nama.
le,
sepanjang masa, kita adalah mula-mula yang hanya pandai memandang dan mendengar suara-suara. Tak bisa turun atau pun naik. Tak dapat mundur ataupun maju. Kita adalah jiwa yang dipaku, agar tak melayang mengembangkan harapan, dan juga tak membayangkan tentang masa lalu dan bermimpi tentang masa depan.
ram,
yang ada dalam hidup ini hanya kuasa membuat pilihan-pilihan.
Soleram,
jadilah diam,
Sebab diam adalah telinga yang paling tajam.
Bandung, 21 Juli 2014