[caption id="attachment_302297" align="aligncenter" width="512" caption="dukumen pribadi"][/caption]
‘Kesalahanku adalah bertemu denganmu..’ gerutu seorang perempuan. Terdengar galau. Mungkin karena pertemuan itu berkembang menjadi sesuatu yang tak diharapkan. Boleh jadi karena ia berharap lebih dari orang yang ia maksud. Ekspetasinya di luar kekuatan dan kapasitas orang yang menjadi tumpuan harapannya.
Dalam siklus komunikasi, ada tahapan perkenalan, penjajakan, mengembangkan hubungan, lalu setelah itu ada perusakan hubungan. Pada saat pertama melihat seseorang lalu merasa tertarik, manusia umumnya melakukan pejajakan. Ketertarikan pertama biasanya kita cenderung melihat penampilan fisik dan yang menyertainya. Namun lucunya, orang kebanyakan berguguran pada saat tahap penjajakan. Terutama, ketika orang yang membuat kita tertarik telah membuka mulutnya dan memperlihatkan bahasa tubuhnya. Banyak orang-orang yang tampil modis dan memikat, namun ketika berbicara nampak ‘norak’, cara berpikirnya amat dangkal. Atau, ia bukan orang yang menyenangkan dalam pandangan kita. Setelah itu, kita cenderung mundur perlahan.
Apabila dalam penjajakan sudah merasa ‘klik’, umumnya orang mengembangkan hubungan ke arah yang dalam. Di antara kedua orang tersebut saling membuka diri, dan membuat ikatan-ikatan persahabatan atau pertemanan. Mereka bisa bercerita apa saja, dan berbincang apapun. Namun biasanya, apabila ada ketidaknyamanan-ketidaknyamanan dan kesalahfahaman, pengembangan hubungan ini seringkali layu di tengah jalan. Boleh jadi bahkan akan muncul perusakan hubungan, di mana mereka akan saling melukai perasaan. Atau, boleh jadi mundur perlahan-lahan, sekalipun tanpa dikatakan. Hanya membutuhkan kepekaan perasaan saja untuk mengetahuinya.
Sulitnya Memelihara Hubungan
Hal yang paling sulit dalam fragmen persahabatan adalah memelihara hubungan. Untuk memelihara hubungan ini dibutuhkan saling pengertian. Kekuatan untuk memahami keterbatasan-keterbatasan orang. Pada keterbatasan itu terangkum di dalamnya adalah kekuatan karakter, waktu yang bisa diluangkan, kesibukan-kesibukan, kondisi kesehatan, jarak, usia, jenis kelamin, minat dan sebagainya.
Umumnya, orang yang bersahabat memiliki karakter-karakter dan minat yang mirip satu sama lain. Karena itu jika ingin melihat seseorang sebagai premis awal, lihat teman-temannya yang menelikunginya, karena orang tersebut pribadinya tak jauh dari itu. Persahabatan maya berbeda dengan persahabatan di dunia nyata. Persahabatan maya jauh lebih rumit, karena dunia maya hanya bertumpu hanya pada kata-kata. Dunia maya bukan ‘dunia yang wajar’. Kata-kata itu multitafsir. Dunia maya itu tidak utuh memotret kehidupan seseorang. Karena itu, jarang terjadi persahabatan maya yang dapat bertahan dalam rentang waktu yang panjang. Apalagi apabila terjadi kesalahan penafsiran, tidak mudah untuk dilerai, karena masing-masing akan berbincang dengan pikirannya sendiri-sendiri. Persahabatan maya lebih mudah membuat prasangka. Sedangkan persahabatan di dunia nyata apabila ada kesalahpahaman mudah diselesaikan. Pertemuan face to face, berbincang dari hati ke hati dapat segera meredakan ketegangan.
Satu hal yang pasti di butuhkan dalam persahabatan, baik persahabatan maya ataupun persahabatan di dunia nyata adalah menjaga kepercayaan, memberikan pengertian dan permakluman. Dan tentu saja, sebaiknya tidak membiasakan membuat ekspetasi berlebihan pada seorang manusia, pun itu seorang sahabat. Tanpa kematangan dan kedewasaan berpikir yang menyertai, persahabatan atau pun pertemanan akan menjadi hubungan yang tidak terlalu manis untuk dihayati.
Tak Ada Kesalahan Dalam Pertemuan.
Pertemuan dan perpisahan adalah sebuah hukum alam. Sepanjang kehidupan ini, tak ada akan pernah ada yang langgeng. Tak ada yang konstan. Sikap orang berubah kepada kita, itu juga hal yang wajar. Karena, tak ada satu pun manusia yang terus menerus berpikiran ajeg. Benci, rindu, cinta dan seluruh tumpah ruah rasa, seluruh manusia memiliki. Perbedaanya hanya dalam cara menyikapi. Karena itu, tak ada kesalahan dalam pertemuan dengan siapapun.
Seluruh manusia yang hadir di dalam hidup kita dialirkan semesta. Tak ada sesuatu yang terjadi begitu saja dengan kebetulan. Teman-teman, sahabat-sahabat, tetangga-tetangga dan juga tentunya keluarga adalah orang-orang yang berharga di dalam hidup kita apapun rasanya. Entah ia pernah menyakiti ataupun mencintai. Mereka digilirkan hadir di dalam hidup kita sebagai hantaran pendewasaan jiwa dan refleksi diri. Pada dasarnya, semuanya menguji kita, entah dengan benci dan cintanya, juga perasaan-perasaan lain yang menyertainya.
Kita tidak bisa mendikte pikiran dan perasaan seorang manusia, apapun yang mereka rasakan. Kita hanya bisa memberikan kesan saja, setelah itu manusia di sekeliling kita akan mempersepsi diri kita sebatas kekuatan pikiran, perasaan dan latar belakang hidupnya.
Daun yang berguguran, tak pernah menyalahkan angin. Demikian pula pepohonan yang meranggas tak pernah menyalahkan musim. Ada baiknya kita tidak biasakan membuat kambing hitam-kambing hitam dalam setiap persoalan dengan manusia. Waktu kita nanti habis untuk menyalahkan orang-orang tanpa sempat merenungi dan mengambil pelajaran dari semua sisinya. Baik atau pun buruk perlakuan orang, itu adalah pelajaran kehidupan yang berharga.
Kita hanya disuruh Allah berbuat baik kepada semua orang, dan menanam kebaikan sebatas kekuatan manusiawi. Jika mereka berubah, tak apa. Asalkan kita tak merubah pikiran dan perasaan kita tetap dalam prasangka baik, permakluman, pemaafan dan tak kehilangan do’a yang baik-baik untuk mereka. Dan, berlepaslah dari apa yang mungkin akan kita terima. Selebihnya, urusan Allah saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H