Lihat ke Halaman Asli

Erna Suminar

Pembelajar, sederhana dan bahagia

Taman Penantian

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1385094915540018059

[caption id="attachment_303539" align="aligncenter" width="360" caption="credit image : http://secondnaturearomatics.com/"][/caption]

Pucuk-pucuk pengharapan tumbuh perlahan di taman penantian.

Ada melati  putih di sana, di seluruh sisinya yang merekah indah.

Aku telah menanamnya di balik jendela hati, yang terbuka pada fajar-Mu.

Melati  yang  mewangi  untuk-Mu

Aku menanti, seperti tangkai-tangkai randu digelayuti kapas-kapas  merindu

disentuh angin, lalu melayang-layang di balik awan, berjingkat-jingkat di antara burung-burung yang terbang tanpa suara, bersama   awan putih.

Putih itu saru.

Seperti, cintaku dan cinta-Mu.

Selayak, rinduku dan rindu-Mu

Aku merindu-Mu, dengan rasa yang tak tergambar dalam kata-kata.

Pada setiap hela nafasku dan aliran darahku, di sana hanyalah aliran kebesaran-Mu,

ya.. Allah.

Aku   melihat semesta-Mu,  ada lukisan-Mu, Aku menatap  keindahan-Mu.

Engkau telah lihat kilatan  cinta di mataku.

Nafasku  berembus  dan darahku mengalir di taman penantian.

bersama  senandung burung-burung yang melantunkan  dzikrullah

Subhanallah…

Walhamdulillah…

Wala ilaha ilallah…

Allahu akbar…

Di sini, aku menunggu.

Di taman penantian,

Untuk dipersunting-Mu,

Dan, aku  ingin  jatuh,  hanya  dalam peluk-Mu.

_______

14 November 2013 j 04.45 am

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline