Lihat ke Halaman Asli

Erna Suminar

Pembelajar, sederhana dan bahagia

Sumba

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk sebuah siang di Tambolaka, aku ingin memejamkan mata. Sampai aku dapat melupakan, seluruh debu-debu rasa yang tumpah dengan genangan air mata di Kodi Utara.

Anak-anak bertelanjang dada dengan ingus yang mengering tanpa sempat terseka.Untuk lelaki yang duduk-duduk sambil tertawa dengan bilah-bilah golok di pinggang di antara para perempuan yang bekerja. Jika saja engkau dapat meraba, di sini mereka tengahmenenun luka.

Aku belum sepenuhnya terjaga dari lorong waktu ke masa lalu, di tanahmu, wahai Sumba. Di antara kuda-kuda yang menghentak-hentak kaki menjadikannya deru debu ke udara. Pikiranku ada di antara rerumputan padang savanna yang belum juga sempat mengurai cahaya. Cahaya yang semestinya membuat mata semua terbuka.

____

Catatan :

Catatan :
Tambolaka : Sebuah bandara di Waitabula, Sumba Barat.
Kodi Utara : sebuah kecamatan di Sumba Barat Daya
Lelaki Sumba ke mana-mana selalu membawa golok.
Selain kuda, dan peninggalan megalitikum, Sumba terkenal dengan kain tenunnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline