Lihat ke Halaman Asli

Erna Dena

Pembelajar dan Penulis

Kisah keluarga Pak Dodi : Jalinan Kasih Sayang Itu Datang dari Santap Bersama Keluarga

Diperbarui: 26 Agustus 2016   21:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepik.com

Maraknya kegiatan-kegiatan yang dilakoni oleh seluruh anggota keluarga sudah merupakan hal yang tak mengherankan lagi saat ini. Hidup di zaman yang memungkinkan seluruh anggota keluarganya berkecimpung di luar rumah perlahan tapi pasti telah mengikis rasa kebersamaan yang menjadi penyemangat dan mengisi ruang-ruang rumah itu.

Munculnya alat komunikasi yang mobile semestinya menjadi penyambung antar individu untuk saling menyapa dan terhubung namun justru kehadirannya telah bergeser untuk menjadi alat pengalih perhatian dan pengunci mulut untuk saling bercerita. Tak ada lagi senda gurau atau saling melempar lelucon dalam setiap langkah atau berpapasan di dalam rumah. Semua berubah beku dan kaku tersihir oleh gawai. 

Ada dialog, ada percakapan, namun hanya sambil lalu dan tak masuk ke dalam pikiran.

Keluarga Pak Dodi

Tersebutlah keluarga Bapak Dodi yang memiliki tiga orang anak. Pak Dodi adalah seorang pengusaha dan hanya memiliki waktu satu hari yakni hari Minggu untuk bertemu dengan anak-anaknya. Si sulung memaklumi kesibukan ayahnya namun tidak demikian dengan adik-adiknya. Atas nama kesibukan pula mereka hanya bisa membicarakan berbagai macam hal melalui ponsel saja. Tatap muka menjadi sesuatu yang mahal bagi keluarga ini hingga pada suatu hari terjadilah dialog:

Ayah bertanya "Nak, kamu mau pergi kemana lagi?" 

"Aku ada latihan futsal sampai malam, Yah." jawab sang anak. 

"Oh baiklah, hati-hati". 

Sudah begitu saja. Dialog biasa di sore yang biasa pula tanpa perlu membuat kening berkerut. Sang ayah bertanya untuk sekadar berbasa-basi saja sementara sang anak menjawab pertanyaan seakan ini hanya suatu rutinitas belaka. Ada pertanyaan ada jawaban.  Potret sebuah keluarga yang hidup di masa modern dengan gawai di tangan masing-masing. 

Sang Ayah ingin menanyakan lagi namun lidah terasa tertahan menyaksikan betapa si anak ingin segera cepat-cepat pergi menyingkir dari hadapan Pak Dodi. Ada sesuatu yang menghentak ulu hatinya kala mendapati anaknya tak ingin berlama-lama bersamanya. 'Mengapa anakku merasa asing denganku?' tanyanya. 

Berhari-hari Pak Dodi memikirkannya. Ada yang salah dari keluarga ini, pikirnya. Namun tak jua ia temukan penyebabnya hingga suatu siang ia menyaksikan para karyawannya yang sedang menyantap makan siang di sebuah restoran tak jauh dari kantor. Sekonyong-konyong ia merasa tercerahkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline