Kehidupan manusia memiliki tahap-tahap yang memang pasti dilalui, dan bersamaan dengan itu, juga memiliki tahapan dalam berpikir, saat lahir dia seorang bayi yang belum bisa berpikir atau mengerti, sehingga mengikuti apa saja yang diinginkan manusia dewasa sekitarnya, terutama orang tuanya, saat tumbuh besar dan mulai belajar banyak hal maka dia akan mengerti apa yang harus dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab sesuai usianya (misalnya, harus tahu sopan santun, berbagi dengan saudara atau mengikuti aturan lainnya disekitarnya), ini merupakan pendidikan awal kehidupannya sebagai manusia, seiring dengan bertambahnya waktu maka semakin besar anggung jawab yang harus dijalankan, semakin dewasa seseorang maka semakin besar tanggung jawabnya, dan semakin lama manusia hidup semakin banyak yang bisa dipelajarinya dalam kehidupan ini, dan semua ini merupakan tanggung jawab orang tuanya untuk memberikan bimbingan dan pendidikan bagi anaknya hingga usia yang cukup dan bisa dilepas dengan mandiri ditengah masyarakat, hingga berdiri tegak dan mandiri saat mereka dewasa dan membina keluarga sendiri, yang pada akhirnya menggantikan peran orang tuanya , yaitu melahirkan generasi baru dan mendidiknya, dan tentu diharapkan jauh lebih baik dari generasi sebelumnya baik dari sisi fisik, mental dan intelektual.
Kehidupan anak-anak adalah tanggung jawab kita sebagai orang tuanya baik secara fisik dan psikis, pendidikan mereka juga merupakan tanggung jawab kita sebagai orang tuanya, baik pendidikian agama atau pendidikan formal dan non formal lainnya, setiap orang tua selalu memiliki harapan dan impiannya senduri-sendiri, dan masing-masing orang berbeda, semakin tinggi dan besarnya sebuah harapan, selalu melahirkan tanggung jawab yang besar pula, ini seperti pepatah “ berkah yang besar membutuhkan tanggung jawab yang besar, sebesar berkah itu sendiri “, sehingga disini diharapkan kerjasama yang baik dari orang tua dan anak-anak untuk mewujudkan cita-cita dan harapan tersebut (orang tua membiayai pendidikan dan mendoakan agar perjalanan sepanjang menempuh pendidikan lancar juga selalu diberikan keselamatan, kesehatan, bagi anak diharapkan bersedia mengerjakan semua tugas dan tanggung jawabnya dengan tekun dan sungguh-sungguh, juga selalu menjaga tingkah laku dan akhirnya dengan baik, agar semua berjalan dengan lancar), setelah dirasa cukup dan anak sudah mandiri secara mental dan memiliki bekal intelektual yang cukup untuk memperoleh pekerjaan yang baik dan tentu saja diharapkan memiliki rejeki yang baik dan berkecukupan pula, maka anak akan dilepas untuk hidup mandiri dalam masyarakat , dan biasanya akan diawali dengan pernikahan mereka, saat orang tua menikahkan mereka, itulah saat dimana mereka mulai melepaskan diri dari kita, dan saat itulah tanggung jawab kita sebagai orang tua selesai, tetapi tanggung jawab sebagai manusia untuk terus membimbing akan terus berlangsung hingga saat tugas kita sebagai manusia benar-benar selesai yaitu saat kita kembali pada yang kuasa (meninggal).
Sebagai orang tua kita tahu benar apa kewajiban kita, semakin banyak anak yang kita miliki semakin besar pula tanggung jawab kita untuk membuat mereka nyaman dan sejahtera, banyaknya tanggung jawab yang menjadi beban akan sebanyak anak yang dimiliki keluarga tersebut, dan ini tidak hanya menyangkut kebutuhan fisik saja, tetapi juga kebutuhan fisik mereka , dan yang memiliki anak lebih dari satu, dua atau tiga orang, maka semakin besar yang harus dilakukan, termasuk keadilan dan respek pada setiap anak terhadap masing-masing saudaranya, dan ini sangat penting. sebagai manusia biasa mungkin kita tidak akan pernah bisa berlaku benar-benar adil kepada setiap anak, tetapi paling tidak anak-anak merasa nyaman dengan saudaranya satu sama lain. Kita dapat pastikan mereka memperoleh pendidikan yang sama walau ini tidak menentukan besarnya rejeki yang mereka peroleh saat mereka dewasa nanti ( karena rejeki, maut dan jodoh hanya tuhanlah yang mengaturnya ), tetapi paling tidak anak-anak kita memperoleh kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan, begitu juga mendapat perlakuan dan kasih sayang yang sama besarnya, karena terkadang apabila ada perasaan tidak memperoleh perlakuan tidak adil, maka akan besar pengaruhnya dengan hubungan mereka di masa depan ( akan menimbulkan dendam dalam hati anak yang tidak diperlakukan adil dan ini pasti akan merusak hubungan persaudaraan mereka, kerusakannya pasti sebesar perlakuan tidak adil yang mereka peroleh), saat si anak yang diperlakukan kurang baik di masa lalu ( tidak memperoleh pendidikan sebaik saudaranya, bukan karena tidak pandai, tetapi dikorbankan agar saudaranya yang lain memperoleh pendidikan yang cukup, misalnya, harus terpaksa menikah muda dengan orang yang berkecukupan atau kaya dengan maksud, agar mampu membantu biaya saudara-saudaranya yang lain, dan ketika dewasa saat saudara-saudara yang dibantunya melupakan dan mengabaikannya serta tidak respek karena dianggapnya tidak selevel dengan diri mereka dari segi intelektual yang tentu saja lebih tinggi, karena dia memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi (karena atas bantuan biaya dari saudara yang sudah dikorbankan tersebut), maka ini akan menimbulkan perasaan sedih atau marah, dan pada akhirnya akan menyesali apa yang dilakukan di masa lalu dan jauh di dalam hatinya akan menyalahkan orang tuanya yang tega mengorbankan dirinya dan apabila orang tuanya sudah meninggal ini akan memberatkan orang tuanya dalam mempertanggungjawabkan di hadapan tuhan), mungkin sebuah pemahaman adil bagi masing-masing pihak akan berbeda. Mungkin dari sisi orang tua sudah merasa bersikap adil krena anak yang sudah menikah dengan orang yang berkecukupan tersebut, sudah hidup mapan dan orang tuanya merasa wajar anak tersebut membantu saudara yang lainnya agar memiliki masa depan yang baik atau lebih baik dari saudara yang sudah membantunya. Bagi anak yang memberikan bantuan, tidak demikian cara berpikirnya, dia tidak merasa harus menanggung tanggung jawab untuk memberikan bekal pendidikan masa depan untuk saudaranya hingga dia dikorbankan untuk menikah muda dan mengabaikan pendidikannya sendiri juga masa mudanya, dan yang paling tidak bisa dinilai dengan kasat mata, dia merasa orang tuanya tidak dapat berlaku adil dan membagi kasih sayang dan perhatian ( dia merasa orang tuanya mengabaikan kebutuhan untuk memperoleh pendidikannya seperti yang dimiliki saudara-saudaranya, karena dia tidak sempat memperolehnya , karena disepanjang waktu harus memikirkan bagaimana membantu saudara-saudaranya untuk menyelesaikan pendidikannya, dan itu demi memuaskan harapan orang tuanya). Untuk kedepannya ambilah hikmah dari semua ini, untuk itu sebagai orang tua, sedikit saja orang tua condong ke salah satua anak, maka anak lain akan merasakan. Walaupun tidak tersirat secara langsung, hal ini harus jadi perhatian , setiap orang tua harus memiliki kepekaan dalam melihat sikap dan perilaku anak-anaknya, dan tentu saja ini bukan hal yang mudah, tetapi tidak mustahil dapat dikerjakan dengan baik, kita ajarkan anak-anak kita untuk menghormati saudaranya yang lebih tua, dan menyayangi saudaranya yang lebih muda, kita berusaha berlaku adil dalam setiap hal. Kita dapat mendekati anak yang mulai menjauh atau tiba-tiba anak tersebut menyendiri, kita ajak bicara dari hati ke hati, agar apa yang menjadi ganjalan hatinya keluar dan kita paham apa yang dirasakan dan ini akan mempermudah apabila ada masalah yang tibul dalam hubungan mereka dengan saudaranya atau dengan kita sekalipun.
Menjadi orang tua yang adil bagi beberapa anak yang kita miliki bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi ini dapat diupayakan. Tuhan telah memberi kita akal dan pikiran agar kita terus berusaha untuk bisa mencari cara agar bisa berlaku adil pada anak-anak kita, pada dasarnya kita pasti mengenal watak dari masing-masinganak, dan pendekatan pada setiap anak tentu saja berbeda demikian juga kebutuhannya, yang harus kita pahami adalah pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan memperoleh kesempatan belajar dilevel yang sama walau pada akhirnya mereka memperoleh rejeki dan pekerjaan yang berbeda. ( ada yang pekerjaan dan rejekinya sangat baik atau sedang , bahkan mungkin kekurangan orang tua, karena mereka sudah mengupayakan semaksimal mungkin dalam membekali semua anak-anaknya dengan pendidikan yang cukup sesuai dengan kemampuan mereka).
Satu pelajaran yang dapat kita peroleh dari semua hal diatas, marilah kita belajar bagaimana terus mengupayakan untu berlaku adil pada anak-anak kita, bagaimanapun caranya, bila harus terpaksa melibatkan salah satu dari anak-anak itu untuk mengorbankan dirinya, misalnya harus menikah muda untuk membantu kita sebagai orang tuanya, agar bisa mendapat bantuan biaya bagi anak-anak kita yang lainnya , walau demikian kita harus terus mendorong anak kita yang sudah menikah untuk meneruskan pendidikannya atau mengikuti kursus ketrampilan agar dimasa depan dia memiliki kepandaian dan ketrampilan, jika suatu saat rejekinya sedang turun , dia dapat menggunakan kepandaian dan ketrampilannya untuk menopang hidupnya dan upaya kita sebagai orang tua, kita berikan bantuan yang bisa kita berikan kepadanya semampunya , missal bantuan untuk mengasuh anak-anaknya jika kita tinggal di satu kota, saat anak tersebut kuliah atau kursus suatu ketrampilan dan mungkin, saat-saat dia sedang memiliki kesibukan lainnya. Jika kita tidak satu kota dengannya maka carikan orang yang bisa membantuka melakukan hal tersebut untuk meringankan beban anak kita ini. Selain itu, kita ajarkan kepada anak-anak kita lain yang memperoleh bantuan dari saudaranya, untuk berusaha mandiri, seminimal mungkin untuk meminta bantuan pada saudaranya yang sudah menikah ini, karena bagaimanapun tanggung jawab terbesar untuk memberikan masa depan yang baik ada pada kita orang tuanya dan bukan pada anak kita yang lainnya, pada dasarnya mereka sama-sama berstatus anak dihadapan kita, kita juga didik anak yang mendapat bantuan biaya dari saudaranya ini, untuk membalas jasa kebaikan saudaranya itu karena sudah membantu untuk meneruskan kuliahnya hingga dapat menyelesaikannya dan hingga membantu mereka mendapatkan pendidikan yang layak selain orang tua mereka. Kita tanamkan pada mereka untuk terus menghargai bahkan bila perlu membantu saudaranya yang sudah mengorbankan diri menikah muda dan mengabaikan masa mudanya, apabila suatu hari saudaranya ini mengalami masa-masa yang sulit dalam hidupnya atau sedang dalam kondisi sakit, membalas budi tidak selalu harus memberi materi tetapi memberi perhtian dan dukungan, jika perlu menggantikan perannya untuk membantu orang tua dimasa tuanya, karena dia juga sudah mampu memperoleh penghasilan yang cukup dari pekerjaannya, dan memberi kesempatan saudaranya ini untuk mengurus keluarganya sendiri dan bila saudara yang dibantu ini kebetulan hidup berkecukupan tidak ada salahnya sesekali memberikan hadiah pada saudaranya ini dan keluarganya, sebagai bentuk terima kasih. Pada dasarnya hidup ini take and give, ada saatnya memberi dan ada saatnya menerima, apabila itu berlaku adil, maka hidup akan stabil dan apabila keadilan bergeser sedikit saja atau manusia merasakan ketidak adilan walau itu sedikit maka perasaan nyamannya pasti akan terganggu. Oleh karena itu, sebagai orang tua jaganlah lelah untuk terus mengupayakan keadilan itu, agar anak-anak merasakan kenyamanan dalam hidupnya dan ini akan membuat mereka rukun dan kompak setelah kita tinggal mereka untuk kembali pada yang kuasa, yaitu saat tugas kita di dunia sudah dianggab selesai yaitu kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H