Lihat ke Halaman Asli

Adikku

Diperbarui: 3 Desember 2016   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Adek..oh..Adek,’’ingin sekali rasanya Aku memilikinya’’tapi itu dulu ketika Ibuku belum melahirkan Adekku. Hasrat itu mulai goyah setelah mengetahui betapa sulit mengarahkannya.Oh iya kenalin namaku Revan dan Adikku Revi,Kami adalah Putera dari seorang Ayah yang menjabat sebagai Direktur di sebuah Perusahaan Batubara di Kalimantan yang telah memiliki puluhan cabang dimana-mana.Sedangkan Ibuku berprofesi sebagai Dokter di salah satu Rumah Sakit ternama di Jakarta. Sementara Rumah Kami berada di Malang,yang merupakan Kampung Halaman Ibu. Ayah dan Ibu jarang sekali pulang ke Rumah karena Mereka sibuk dengan Pekerjaannya masing-masing sehingga terkadang lupa urusan Keluarganya,meskipun begitu Mereka selalu menyempatkan pulang Satu Bulan sekali walaupun tidak pernah bersamaan.

Sebagai Anak Bungsu yang tengah menginjak Dewasa,Ayah dan Ibu menyerahkan semua tanggung jawab Rumah plus mengurus Adik kepadaku karena di Rumah tidak ada Pembantu Rumah Tangga. Keputusan itu Mereka lakukan karena ingin Anak-anaknya mempunyai sifat kemandirian seperti Mereka. Pekerjaan Rumah seperti mencuci,menggosok baju,menyapu,mengepel halaman,dan memasak nasi serta mengurus dan membimbing Adik adalah rutinitas tanggung jawabku setiap hari karena Aku sadar bahwa hal itu adalahamanah dari Ayah dan Ibu serta merupakan tindakan yang harus dicontohkan kepada Adikku.

Disini Aku belajar menjadi figur seorang Kakak yang baik buat Adiknya dan sebagai seorang Ayah buat Anakku kelak karena Aku yakin hasil yang baik tidak akan mudah didapat dengan proses yang mudah tetapi sebaliknya bahwa hasil yang baik akan diperoleh dengan suatu proses yang sulit. Seperti Sya’ir pada Lagu ‘’BERAKIT –RAKIT KITA KEHULU BERENANG-RENANG KETEPIAN,BERSAKIT-SAKIT KITA DAHULU BERSENANG-SENANG KEMUDIAN. Dalam proses itu, Aku mengalami banyak kesulitan-kesulitan yang nggak pernah Aku alami sebelumnya,mulai dari pekerjaan Rumah tangga yang berantakan,mewakili Orang Tua dalam Masyarakat,sampai pada titik terberat yaitu mengurus Adik yang nakalnya kelewatan.

Dulu Aku ingin memiliki seorang Adik karena berawal dari senengnyamenggendong Anak orang yang masih Balita hehe,bikin gemes soalnya hingga akhirnya minta ke Ibu’’Buuuuk Revan minta Adik doooooong...’’pintaku dengan sangat memohon dan kemudian Ibu menjawab’’loh kenapaVaan kok tiba-tiba minta Adiiiik?’’kemudian Kujawab’’iyaaaa Buuuuk soalnya lucuuuu danmenggemaskannnn’’kemudian Ibu menjawab’’oalah iya Vaaaan Ibu usahain ya tapi nanti Revan harus momong loh ya?’’oh iya Buuuuk jawabku.

Beberapa Bulan kemudian Ibuku hamil,dan Aku merasa senang sekali melihatnya ‘’asyik punya Aadiik’’batinku sambil tersenyum manis.Singkat ceritanya setelah Sembilan Bulan lamanya mengandung tiba saatnya Malaikat kecil itu keluar dari janin Ibuku.

Sesaat setelah itu Kami Sekeluarga bergegas untuk menyiapkan semuanya dalam rangka syukuran atas kelahiran Adikku. Semuanya senang menyambut kelahirannya,terlihat disana sini ratapan bahagia yang diiringi gelagak tawamemecah kesunyian malam itu. Hari berganti Bulan,Bulan berganti Tahun,dan Usia Adikku semakin bertambah. Cepat besar ya Le kataku ke Adikku ketika dalam momonganku.

Dan kini di Usianya yang ke Sepuluh tahun,disaat duduk dibangku Sekolah Dasar kelas 5 mau tidak mau Orang Tuaku menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab mengasuh Adikku dikarenakan pekerjaan Ibu sebagai Dokter yang dipindahkan dari Malang ke Bandung. ’’Tidakgampang membina,mengurus,dan mengarahhkan seorang Adik ternyata’’kataku sambil melamun karena efekputus asa mengurus Adik.

Kesulitan itu Aku rasakan setiap hari mulai dari membangunkan tidur untuk menunaikan Ibadah Sholat Shubuh,menyiapkan air dan perlengkapan buat mandi,menyiapkan sarapan,menyiapkan ini,itu,dan sebagainya yang begitu super duper deh susahnya.

Sampai akhirnya Aku berfikir dan kemudian menyimpulkan bahwa “mungkin ada yang salahtentang bagaimana caraku mengurusnya’’kemudian secara tidak sengaja pada suatu hari bertemu dengan seorang Mahasiswi UIN di sebuah Cafe dan tak lupa berkenalan.Namanya Ermi,dia adalah Mahasiswi yang berasal dari Kota Blitar yang sedang menempuh Jurusan PGRA UIN MALANG dan tak lama kemudian setelah mengetahui Jurusannya yang ternyata PGRA Aku pun melemparkan sebuah pertanyaan”Mbak ngomong-ngomong bagaimana sihcara mengurus Anak yang baik dan benar”Mbak Ermi tersenyum sembari menjawab pertanyaanku “Mas cara mengurus Anak dengan cara yang baik dan benar itu adalah ;

# bersikap lembut dan tunjukkan kasih sayang

# jadilah pendengar yang baik dan berikanlah dukungan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline