Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Terbebani PPN 12 Persen atau Kita Sudah Terlalu Nyaman?

Diperbarui: 14 Januari 2025   05:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Hari-hari terakhir ini, cuitan di X di sekitar akun saya diramaikan oleh masalah Pajak Pertambahan Nilai alias PPN 12 persen, tapi membuat sebal. Naiknya PPN tidak lantas membuat bergeming pengambil kebijakan. 

Padahal kebijakan PPN 12 persen sudah diprotes dari samping kiri dan kanan, muka dan belakang oleh berbagai pihak. 

Saya yakin, BEM SI, petisi Netizen di medsos hingga Gen Z paham jika masalah serius sedang menghajar negeri kita.

Tentu saja rasa sebal itu tidak memicu pengambil kebijakan untuk membatalkan PPN 12 persen, yang sisa sehari lagi, 1 Januari 2025. Bertambah suramnya pemberantasan korupsi, makin tergerusnya kebebasan berbicara dan berekspresi. Bertambah beratnya beban hidup dan susahnya mendapat lapangan pekerjaan. Semuanya menjadi bahan pembicaraan publik atau netizen yang nyaris tak terkalahkan di media sosial.

Rasa sebal kian menggumpal karena belum ada bocoran dari netizen soal pembatalan PPN 12 persen. Buat sebagian orang, ini terasa kayak pukulan telak di dompet. 

Tapi, di sisi lain, ada juga yang bilang ini hal biasa buat mendukung pembangunan negara. Pertanyaannya, PPN 12 persen ini bakal menambah beban hidup, atau sebenarnya kita saja yang sudah terlalu nyaman sama tarif lama, misalnya, dari berbagai sisi biar nggak asal ngegas saja.

Jadi, kenapa sih PPN harus dinaikkan? 

Begini, pemerintah punya alasan jelas kenapa PPN dinaikkan. Katanya, ini salah satu cara buat nambah pemasukan negara. Logikanya simpel. Jika pendapatan pajak makin banyak, duit itu bisa dipakai buat bangun infrastruktur, biayain pendidikan, bikin layanan kesehatan lebih mantul, dan program lain yang katanya penting buat kita semua.

Katanya PPN 12 persen bukan buat beras, telur, minyak goreng, dan kebutuhan pokok lainnya. Masalahnya publik terlanjur nggak percaya jika pemerintah menaikkan PPN. 

Ah, jika sudah menaikkan PPN jadi 12 persen, perlahan-lahan juga bakal menyenggol harga kebutuhan pokok ikut naik.

Namun, kenyataan yang lain juga di lapangan nggak segampang itu. Yang orang-orang rasakan cuma satu: harga barang merangkak jadi mahal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline