Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Rempongnya Toleransi

Diperbarui: 5 September 2024   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Meluncurlah petuah sakti dari seorang teman di sela-sela waktu pagi. Tidak disangka ada topik hangat yang muncul sebelum mulai kerja kantoran. Katanya, pelarangan adzan dan diganti dengan running text di layar televisi dari Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) lantaran alasan berpotensi bisa mengusik jalannya Misa Akbar Paus Fransiskus di sekitaran Jakarta. 

Aturan running text dari Kemkominfo bak paduan suara disambut oleh Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia.

Sudah tentu, sedini mungkin kita menyambut gembira atas kedatangan Paus Francis di tanah air. Sebagaimana kita ketahui bahwa kegiatan Paus Fransiskus di Indonesia dalam rangka perjalanan apostolik yang berlangsung selama empat hari, 3 hingga 6 September 2024.

***

Ketika mata sudah melek dengan jurus intip apa chat warga di grup WhatsApp, terlihat ada satu berita tentang usulan agar adzan Magrib tetap berkumandang di televisi. Kayak ngaji pagi nih!

Memang sebagian kecil akun platform X yang beragama non muslim sebel atau tidak sreg juga dengan aturan Kemkominfo soal adzan cukup running text. Bahwa satu akun platform X justeru tidak merasa terganggu.

Seakan-akan adzan "manual" bisa mengundang sensai "pedas" di kuping umat non muslim saat beriringan Misa Akbar Paus Francis di Indonesia. Dari titik ini, cuma geli rasanya kalau sensasi mengubur substansi.

Kita tahu, substansi Misa Paus Francis itu diantaranya, kasih, perdamaian, dan kemanusiaan hingga ujung-ujugnya menciptakan hati enak tenang antarumat beragama. Tenteram jiwa kita.

Lah, yang merasa terganggu dgn adzan itu siapa? Paus Francis, tukang protokuler, atau penyelenggaranya? Adzan atau cukup running text itu soal teknis.

Selama ini cukup tercipta kondisi ketenteraman antarumat beragama, baik adzan maupun tanpa adzan? Atau bagaimana kalau umat Islam tanpa adzan datang rame-rame ke mesjid. Cukup dengar suara batin (saya tertawa dalam benakku)?

Tidak lama kemudian, komentar saya di grup WA ditimpali oleh teman, dia seorang dokter yang jago berdiskusi. Apa komentarnya. Cekidot!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline