Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Bara di Tengah Penderitaan

Diperbarui: 21 Agustus 2024   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ermansyah R. Hindi - Dokpri

Di siang hari, udara tidak terasa panas. Mulanya dari mana, sehingga saya memanfaatkan masa jeda setelah rutinitas kerja kantoran. Rehat sejenak itulah terjadi di hari Jumat. Syukurlah, usai Jumatan, saya bergegas balik untuk beristerahat di rumah. 

Rupanya, saya diserang oleh rasa kantuk berat. Mata saya bak lima watt. Karena kantuk menyerang, saya ingin rebahan dulu di rumah. Diam-diam saya merahi ponsel untuk mengintip apa gerangan postingan, status hingga berita hangat muncul di media sosial.

Di zaman ini, melacak berita hangat secara pelan-pelan di medsos tidak begitu ribet. Cuma butuh sedikit suasana santai. 

Kata lain, kita butuh hawa adem saat memilih berita sesuai dengan selera.

Berkat kesempatan terbatas, saya mencoba menyimak konten berita. Satu per satu saya mengecek berita di medsos Facebook. Sekali-sekali mencomot berita mengharukan di medsos sebangsa Facebook tidak apa-apa. Malah berita yang dipilih kadangkala lebih cepat viral. Maklumlah, kita sudah tahu jika medsos arus utama tersebut masih bercokol di papan teratas di tanah air dari segi peminatnya.

Saya menggeledah berita, yang kira-kira seputar kisah getir melanda anak sekolahan. Setelah bolak-balik, saya dapat satu berita menarik. Satu pilihan berita tentang kisah sedih dari anak sekolahan yang lagi viral. Agar tidak berlama-lama, ini dia beritanya.

Hari ini saya langsung ingin memainkan jari-jemari ini di atas tuts-tuts telepon seluler pas sedang menyimak kisah sedih Elsa (15). Dia adalah siswi SMP Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Elsa merupakan salah satu anak bangsa yang kuat menghadapi derita, yang sudi berjalan kaki dengan jarak tempuh 3,4 Km, dari rumah ke sekolahnya. Elsa berjalan kaki dengan jarak jauh seakan melupakan penderitaan. 

Paling tidak, orang menilai Elsa yang hidup dalam penderitaan atau kesusahan menjadi kisah yang sulit terlupakan.

Bahwa setiap kali jari-jemari bermain di atas tuts-tuts ponsel, bayangan wajah Elsa, yang lugu hadir di kepala. Rasanya bara di dada tidak ikut terbakar di kepala Elsa dengan cara saya membisikkan ke telinganya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. Elsa cuma mampunya bangun pagi sekitar pukul 5.30 WITA untuk berangkat ke sekolah.

Sementara itu, ubi yang disiapkan oleh ibu sambungnya. Sedangkan ibu kandungnya bernama Jadut sebagai pasangan Umar, bapaknya. Saya benar-benar terharu ketika memandangi berita pedih Elsa. Saya terenyuh dibuatnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline