Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Menambang karena Tragedi

Diperbarui: 26 September 2024   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasioner, Ermansyah R. Hindi - Dokpri

"Gue yakin Muhammadiyah profesional dalam bisnis. Tapi, tiga hal yang dikhawatirkan. Satu, krisis sikap kritis pada pemerintah; kedua, jadi aktor baru perusak alam; dan ketiga, energi terbarukan tak lagi jadi mindset. Inilah salah satu obrolan netizen di medsos.

Dua hari sebelum berlangsung kegiatan Konsolidasi Nasional yang diikuti oleh seluruh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Organisasi Otonom se-Indonesia muncul cuitan dari akun di medsos X. Apa bunyi cuitannya?

"Thema: Yajuj Majuj dan Yahudi adalah suku dan bangsa yang suka membuat kerusakan di muka bumi." Di bawahnya ada gambar serial Spongebob. Di sana logo NU dan Muhammadiyah diletakkan dibagikan depan dua pemeran.

Terus, gambar di bawahnya lagi tercantum satu tajuk dari media online Tempo: "Muhammadiyah Putuskan Terima Izin Tambang?" Apakah netizen berjingkarak-jingkrak sebagai tanda gembira? Tidak. Lampu izin tambang dari Muhammdiyah justeru "dirujak" oleh netizen tanpa pandang bulu.

Mendadak, saya mainkan jari-jemari di atas tuts ponsel untuk mengetik sebagai balasan ke cuitan dari netizen. "Belum terima atau nolak izin tambang nih. Wes, nanti kita lihat hasil Konsolidasi Nasional besok, 27-28 Juli 2024. Ya atau Tidak?"

Farid Gaban turut berkomentar di medsos X. Potongan cuitannya begitu jelas tertera di akunnya.

"Apa yg akan dilakukan para petinggi NU dan Muhammadiyah jika ditawari konsesi tambang emas Trenggalek, Jawa Timur?"

Pernyataannya menyeruak saat berlangsung Konsolidasi Nasional. Saya dipantik oleh pernyataannya. Saya sadar. Saya seakan menggurui Farid Gaban, yang sebenarnya saya juga akui bahwa menanggapinya sekadar numpang lewat. Saya berusaha untuk tidak memuja-muji dan menyerangnya secara sepihak. 

Untuk membalas dengan itikad buruk. Apakah saya dapat kredit poin dan mendulang jempol berlapis-lapis?

Apa tanggapan balik saya? Saya sadar, saya bukan membela dengan fanatisme buta ke Muhammadiyah. Sebagai manusia, saya punya hasrat untuk berpikir bebas. Saya berbicara dan berpendapat tanpa belenggu. Lalu, saya pun berkomentar atas pernyataan Farid Gaban di medsos.

Pertama, mudah-mudahan ada secerca harapan di tengah sengkaruk usaha tambang lewat tangan-tangan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) di masa mendatang (mazhab optimis).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline