Hidup orang tua dengan anak-anaknya tidak berjarak, sekalipun jauh antara satu daerah dengan daerah lain. Dikatakan tidak berjarak juga, sekalipun diperantarai dengan handphone.
Itulah mungkin ungkapan paling cocok di era digital, terlebih lagi di era medsos.
Suatu hari, ibundanya anak-anak nge-post di Facebook. Senang melihat mereka di pondok, full kegiatan yang bermanfaat.
Semoga tahun depan bisa ditambah harinya, mereka akan meniti Ramadhan ria di pondok. Kalau boleh berharap-harap sepekan mereka dibina. Biar lebih sedikit waktunya berlibur. Kalau pulang ke rumah lebih banyak tadabburan handphone daripada tadarrusan al-Qur'an.
Seandainya sama saja yang mereka lakukan di pondok dan balik ke rumah, lebih senang kalau mereka lama-lama di rumah. Colek ustadz-ustadzah DAGO (Ponpes Darul Arqam Gombara)!
Kami yakin kalau mereka (shaleh-shalehaku) membaca status ini bakal marah-marah lagi sama bundanya. Saya hanya tersenyum sendiri. Kemarin saja saya cuma bercanda ke mereka, saya bilang waktu itu. "Semoga kalian Ramadhan di pondok ya!" Mendadak saja wajahnya serentak masam.
Ternyata tidak berselang lama, keluar surat resmi dari pondok menyatakan kalau mereka akan menjalankan ibadah Ramadhan di pondok selama lima hari, lalu libur. Saya pikir-pikir, betul juga yaa kata-kata dari orang tua itu adalah doa. Untung ketika itu yang baik-baik saya ucapkan diijabah oleh Allah. Padahal saya cuma bercanda.
Meski kami rindu kehadiran mereka di rumah dan terkadang membuat kami menangis sembunyi-sembunyi. Tetapi, demi masa depan mereka, kami ikhlas mereka Ramadhan di pondok. Banyak mungki ibu sama dengan ibundanya anak-anak. Kalau rindu sama anak pondoknya, ibu-ibu diam-diam menangis apalagi puasa pertama tanpa mereka. Tiba-tiba saja hidung berair ingat mereka.
Tidak ada orang tua yang tidak senang jika anak-anaknya berkumpul di rumah. Pastilah mereka senang sekali. Diantaranya, terbantu sekali dengan pekerjaan rumah kalau mereka ada. Ibunya anak-anak bahkan tidak cuci piring, tidak masak nasi, tidak goreng telur.
Semua anak yang bergantian masak dan cupir. Terus terang, ada satu yang membuat kami resah dan gelisah kalau kami ke kantor tidak ada yang mengawasi bermain HP kasian.
Berharap kelak mereka menjadi menjadi hafidz-hafidzahnya bunda dan kaeng (ayah). Maaf, keluar lagi curhat-curhatan orang tua yang memiliki anak zaman now.