Sekian kali
terjadi riuh rendah di tahun politik. Yang riuh dan ramai seperti datang dari baliho. Banyak orang melihat pajangan atribut secara perorangan maupun partai politik. Alih-alih panen rezeki karena pihak percetakan banyak orderan buat spanduk, baliho, dan sejenisnya.Andaikata ada festival perayaan tahunan, maka baliho yang tampil menawan itulah juaranya. Bahkan kita melihat lebih ramai daripada perayaan Agustusan.
Kalau peringatan Agustusan masih mending bisa bendera atau umbul-umbul kurang lebih sebulan telah berkibar.
Masih jauh dari masa pendaftaran dan masa kampanye, baliho dan atribut lainnya bertebaran. Memang, aturan tidak ada yang dilanggar karena sebatas sosialisasi kandidat. Termasuk tidak ingin kalah baliho bakal calon presiden terpajang dengan gagahnya.
Kita paham, hajatan pemilihan umum sekali dalam lima tahun. Wajarlah, berjajar baliho-baliho sepanjang mata memandang.
Kini, atribut siapa yang digadang-gadang sebagai calon pemimpin nasional pun tidak luput dipasang di tempat-tempat srategis. Mulai di perempatan jalan, di sudut jalan, di depan alun-alun hingga di jalan protokol dengan ukuran billboard. Semakin keren balihonya, semakin wah ongkosnya, seperti pasangan atribut di billboard. Harganya jutaan dalam sebulan.
Kalau billboard dianggap oleh sebagian orang punya hitungan tersendiri. Di benak sebagian orang bergelayutan pertanyaan.
Yang pasang gambar wajah bakal calon presiden di billboard langsung ditebak pasti punyai duit banyak. Tidak jarang juga bakal calon legislatif partai blablabla bersanding dengan bakal calon presiden tertentu.
Pandangan dan persepsi pertama dari warga muncul berkaitan dengan tampilan dan ukuran atribut. Kalau baliho berukuran jumbo, umpamanya ukuran dua sampai tiga kali lima meter, saya kira butuh ongkos banyak.
Belum sampai disitu, hitungannya terkait berapa jumlah titik pemasangan baliho. Sebutlah tiga puluh titik pemasangan baliho.
Harap maklum pemasangan baliho dan atribut lainnya sudah menjamur di mana-mana. Semakin menjelang pemilihan umum justeru makin marak atau bertambah jumlah baliho, misalnya. Baliho dengan segala tampilan menambah keseruan.