Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Si Penyantap Siang Tanpa Tersangkut di Tenggorokan

Diperbarui: 27 Januari 2024   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Santap siang, Presiden Jokowi, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan (Sumber gambar: kompas.com)

Hal yang pertama kali saya bayangkan tatkala Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan diundang Presiden Jokowi untuk santap siang di Istana Merdeka tidak lari dari main-mainan, jenaka hingga ejekan sejenis parodi. Husss, santap siang yang kebal dengan parodi politik.

Ya, ternyata tontonan santap siang membuat kita repot dan kuping abu-abu alias bijak menilainya. 

Dugaan itu tidak meleset dari sebelumnya lantaran yang saksikan di layar tv atau di media sosial nggak nyicil soal tayangan jamuan santap siang di istana.

Tanpa dinanya, di antara kawan-kawan di grup WhatsApp ada yang nge-fans banget dengan salah satu calon presiden. Saya sudah ngomong dari kemarin soal pilihan bebas, siapa calon presiden yang terbaik untuk Anda. Merem-merem bergairah saat terjaga hingga di TPS (ketawa).

Ngarep-ngarep juga tidak apa-apa, asal bukan naif dan absurd. Singkatnya, hak pilih bebas adalah 'sesuatu banget'.

Ada-ada saja tampilan nyentrik para calon pemimpin nasional. Maaf, ada yang numpang ngakak di media online, ada komentar nyebelin, dan macam-macam. Pokoknya kuasa, tentu saja kuasa negara dikarikaturisasi dan diteatrikalisasi

Contohnya, di sebuah majalah tenar berkelas nasional dalam peristiwa anyar, dimana orang pada tahu jika sang penguasa sedang angkat-angkat anaknya, yang menjulur keluar di atas sebuah tugu ternama di Jakarta.

Di dekatnya ada sosok calon presiden karena anak penguasa sebagai calon wakil presiden. Lain lagi, di sebuah unjuk rasa mahasiswa memperlihatkan bagaimana pentas sekelompok orang meluncurkan semacam bedak di sekujur tubuh. Mereka nampak telanjang dada bersama keranda mayat.

Tetapi, santap siang di istana rupanya menjadi "ruang yang tidak mati." Mulai pak presiden dan ketiga calon presiden dalam suasana akrab. Sesekali presiden mempersilahkan mencicipi hidangan di atas meja berbentuk bundar. 

Dalam berita dikisahkan meja makan tersebut berwarna putih. Letaknya tidak berada di bawah ruang oval. 

Ruang oral yang menandai komat-kamit ritual santap siang seiring obrolan santai dan dipicu oleh tawa. Inilah yang dimaksud "tanpa tersangkut di tenggorokan." Menu hidangan sudah jelas kaya dengan gizi. Nikmat bukan? Obrolan mereka terasa hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline