Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Yang Tertulis dan Terbaca

Diperbarui: 17 Juli 2023   05:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ermansyah R. Hindi, ehemm (Sumber gambar: koleksi pribadi)

Hal-hal lain kadangkala diserahkan pada pembaca tanda-tanda.  Tidak hanya hal-hal lain berada di luar rangkaian kata atau kalimat, yakni seorang membaca buku, dilafazkan atau dituliskan kata-kata dan angka-angkanya akan lebih ‘membekas’ jika cara membacanya dalam ruang batin. Kecuali berbagai realitas yang dibaca secara sepintas lalu, maka sedalam-dalamnya ruang yang diselami dengan bacaannya, paling tidak relasi antara pengucapan dan penulisan berbeda dengan membaca dalam benak kita. 

Lalu, ia ditegaskan dengan pemunculan kata-kata atau kalimat di atas lembar halaman buku. 

Kata lain, relasi antara pembaca dan pengarang bisa terabaikan, jika pengucapan dari seseorang yang membaca tidaklah sama dengan makna menurut pengarang, sekalipun telah lama tiada. 

Serangkaian teks, peristiwa, dan citra pikiran berkelindang dengan pembacaan atas realitas, terutama jika seorang sedang mendengar ungkapan tersebut dilafazkan dalam perbincangan yang menarik. Apalagi obrolan menjadi tulisan dan dibaca begitu berkesan. Seseorang yang membacanya secara batiniah. Ia juga bisa ditulis secara lahiriah.

Masih ingat dengan pengendara motor biru? Dia pelaku bom bunuh diri di atas motor itu di Polsek Astananyar. Si pelaku bom bunuh diri bersama ‘tulisan’ tentang penolakan RKHUP. Usai olah tempat bom meledak, Rabu (7/12/2022), maka tulisan, motor hingga sidik jari si pelaku bom bunuh diri ‘terbaca’ oleh pihak kepolisian dan mungkin oleh khalayak. Ini sekadar satu peristiwa tragis dari sekian banyak peristiwa yang kita luput menyebutkannya.

Hakim memvonis sekian lama penjara bagi pihak terpidana sesuai dengan aturan main yang termuat dalam kitab atau teks hukum tertulis. Dari terpidana narkoba, pembunuhan, pemerkosaan hingga kekerasan asisten rumah tangga divonis penjara setelah dibacakan surat dakwaan oleh jaksa di pengadilan. 

Bakal capres (bacapres) berbicara di depan umum. Segenap gestur bacapres ditulis dan dibaca oleh sekian ribu bahkan jutaan warganet. Ahli gestur terlibat untuk ‘membaca’ konten dan gaya berbicara para bacapres. Ya atau tidak, ini dan itu bisa terbaca dari sejengkal langkah kaki, nada suara hingga kalimat atau kata-kata “bersayap” dari bacapres. Baik peristiwa hukum dan peristiwa politik menandai jalinan lisan, tulisan hingga bacaan yang berbeda menurut sudut pandang atau penafsiran masing-masing pihak.

Hanya itu? Sebagai sesuatu yang cair dan tidak stabil maknanya ala Derrida, maka setiap obrolan langsung diliput di tivi atau di medsos memungkinkan bisa dibaca oleh pemirsa. 

Obrolan politik dari bacapres tidak harus tertulis lebih dahulu. Tertulis atau tidak bergantung medium apa penyampaiannya. 

Jika di tivi atau di medsos bisa secara langsung terbaca. Obrolan politik dari para bacapres tentang pembacaan atau kondisi terkini dan apa yang dilakukan setelah terpilih menjadi presiden akan terbaca. Tertulis saat peristiwa politik berlangsung.

Kalimat bergantung pada tema atau konsep yang dibentuk menjadi relasi antara pembaca dan pengarang. Ia terlepas dari judul buku yang terpajang di lemari perpustakaan atau di rak buku dan bahkan tulisan berserakan di beberapa tempat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline