Jauh sebelum kelahiran pemikiran posmodernisme dan postrukturalis, di abad-abad silam telah berkembang dan menyebar corak pemikiran filsafat. Entah mengapa pemikiran filsafat identik dengan pemikiran Barat (dimulai dari benua Eropa).
Baiklah, kita mulai dari corak pemikiran filsafat di zaman modern. Corak pemikiran filsafat modern yang dimaksud adalah hasil adopsi dari pemikiran para filsuf.
Rasionalisme
Satu pertanyaan besar, antara lain hubungan antara 'tubuh' (body) dan 'pikiran' (mind)? Dualisme Rene Descartes (Descourse on Method, 1960) bertumpu pada asumsi (ide-ide), mencakup akal budi (reason) berupa substansi (non-jasmani) yang berbeda atau terpilah dengan substansi material (tubuh).
Substansi dari akal budi dicirikan dengan kesadaran sebagai sesuatu yang memikirkan (res cogitans). Sedangkan ciri substansi material adalah keluasan sebagai sesuatu yang dipikirkan (res extensa). Keluasan merupakan sesuatu yang diukur alias dikuantifikasi, seperti tinggi, berat, volume, dan lebar.
Kata lain, gagasan mengenai realitas luar, misalnya matahari dan bulan ada kemungkinan bahwa itu hanya fantasi. Tetapi, realitas luar juga mempunyai ciri-ciri pasti yang bisa ditangkap dengan akal budi serupa dengam sifat-sifat matematis (dimensi benda-benda yang bisa diukur berdasarkan panjang, luas, dan kedalaman).
Sifat-sifat 'kuantitas' sama jelas dan sama terangnya dengan kenyataan bahwa "aku seorang makhluk pemikir."
Sifat-sifat 'kualitatif, seperti warna, bau, dan rasa, sebaliknya terkait dengan persepsi indera kita dan karenanya tidak menggambarkan realitas luar kita. Pemikiran merupakan sifat hakiki dari jiwa atau pikiran. Sifat hakiki dari pikiran adalah kesadaran. Lalu, hakiki dari tubuh adalah keluasan. Tubuh sebagai sesuatu yang terukur atau terkuantifikasi.
Kebenaran harus dicari dan didasarkan pada rasio dengan menggunakan kriteria clearly and distinctly (jelas dan terpilah). Menurut Descartes, ada tiga ide-ide bawaan (innate ideas).
Pertama, idea pemikiran. Ide yang memungkinkan diri saya sebagai makhluk yang berpikir (pemikiran sama dengan hakikat saya).
Kedua, ide Allah. Dia sebagai wujud yang sempurna dan karena saya mempunyai ide yang sempurna, maka pasti ada sesuatu yang sempurna itu dan wujud yang lebih sempurna itu adalah Allah.