Lihat ke Halaman Asli

Ermansyah R. Hindi

Free Writer, ASN

Kisah tentang Siapa Menatap "Tanah Bergerak," Dia Akan Dilahapnya

Diperbarui: 21 Agustus 2023   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sisa peristiwa likuifaksi (tanah bergerak), Palu Sulteng, 2018 (Sumber gambar : tribunnews.com)

Andaikata kita ada di sana pada saat peristiwa mengerikan. Tidak terbayangkan saat dan setelah terjadi peristiwa gempa dan tsunami, 28 September 2018 di Palu dan Donggala.

Empat tahun berselang, bencana gempa Palu masih tetap jelas di ingatan. Selama sehari, terjadi 13 kali gempa bumi mengguncang wilayah Sulawesi Tengah.

Diberitakan, bahwa dampak bencana terlihat di berbagai wilayah, seperti Palu, Sigi, Parigi Moutong, dan Donggala mengalami kehancuran. 

Hari jumat, siang, pukul 14.00 WIB terdengar kabar telah terjadi gempa. Satu orang meninggal dunia, 10 orang luka, dan puluhan rumah rusak di Singaraja Kabupaten Donggala.

Dalam urutan kronologis, tidak ada orang satu pun menyangka akan terjadi gempa susulan secara berturut-turut. 

Hari merangkak sore, sekitar pukul 17.02 WIB betul-betul terjadi gempa susulan dengan kekuatan 7,4 kembali menerjang apa yang ada di hadapan dan disamping kiri dan kanannya. Diperkirakan pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer di jalur sesar Palu Koro.

Kompas.com (28/09/2018) mengisahkan begitu baik tentang peristiwa gempa dan tsunami. Saat itu, gempa "memboncengi" bencana tsunami hingga ke perairan di Teluk Palu. Gempa seakan-akan "kompak" dengan tsunami. Ada semacam "alarm" berstatus siaga dan waspada dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelum tsunami "mengamuk."

Dinyatakan, tsunami betul-betul terjadi pada pukul 17.22 dengan ketingian enam meter, 30 menit setelah peringatan, maka sebelumnya BMKG segera mencabut statusnya, pukul 17.37 WIB. 

Di tempat lain, seperti di bagian luar Teluk Palu telah meluncur tsunami yang dipicu oleh gempa bersifat lokal. Meskipun demikian, warga sudah siap-siap angkat kaki untuk mengungsi.

Siapa yang tidak cemas dan panik. Warga sudah terlanjur waspada atas peringatan dini. Berharap bala bantuan segera datang, warga memanjatkan doa, semoga diberi perlindungan dan keselamatan dari marabahaya gempa dan tsunami

Jika hitung atau diukur, titik tertinggi tsunami sekitar 11,3 meter, yang terjadi di Desa Tondo, Palu Timur, Kota Palu. Sedangkan titik terendah tsunami sekitar 2,2 meter, yang terjadi di Desa Mapaga, Kabupaten Donggala. Baik titik tertinggi dan titik terendah tsunami sama-sama digambarkan mengerikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline