Lihat ke Halaman Asli

Septi Erlita

mahasiswa yang mencoba produktif

Krisis Ekologi Merencah Makarnya Kapitalisme

Diperbarui: 5 November 2020   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"that it's much easier to imagine the end of all life on earth than a much more modest radical change in capitalism" - Slavoj Zizek

Alam, manusia, dan budaya merupakan satu-kesatuan yang harus memiliki nilai keseimbangan demi terwujudnya keharmonisan kehidupan di bumi ini. Bukan saling menghancurkan dan menuntut keinginan demi kepuasan sekedipan mata. Nilai keseimbangan alam tidak bisa diukur dengan kecanggihan dan kemajuan teknologi.

Namun, pada kenyataanya kita tidak bisa memalingkan wajah, menutup mata serta telinga kita terhadap pelucutan besar-besaran atas lingkungan alam. Keharmonisan atas sesama manusiapun tak pernah menemukan titik temu, apalagi disandingkan antara manusia dan alam, jelas alam perlahan kehilangan identitasnya, dan manusia semakin jelas menunjukan watak serakahnya dalam wujud Kapitalisme.

Pernyataan Slavoj Zizek "Jauh lebih mudah membayangkan akhir dari seluruh kehidupan di bumi daripada membayangkan hancurnya perubahan radikal yang jauh lebih sederhana dalam wujud kapitalisme", ini menyinggung begitu sulitnya membayangkan hancurnya kapitalisme daripada hancurnya kehidupan di bumi ini.

Jelas ini mengartikan bahwa kapitalisme akan terus ada, sedangkan kehidupan di bumi pasti ada akhirnya. Jadi, yang kita nantikan akhir dari Kapitalisme atau akhir dari Dunia?

Makarnya kapitalisme sudah tidak asing lagi menjadi tema besar atas gejolak permasalahan yang terjadi di Indonesia, baik gejolak permasalahan antara bisnis dan politik, industrialisasi dan kesejahteraan buruh, maupun imbasnya produk kapitalisme terhadap lingkungan alam yang tak peliknya semua itu selalu mengundang kemarahan massa dan masyarakat karena Kapitalisme terus mengorbankan kaum rentan dan lingkungan alam.

Akan tetapi, pada perkembanganya, peristiwa alam yang terjadi di sebagian belahan bumi ini selalu menjadi sasaran empuk atas kerugian sosial-ekonomi didunia, seperti meletusnya gunung berapi di Islandia dicap sebagai pelumpuh kegiatan sosial-ekonomi di belahan Eropa, begitupun coronavirus, peristiwa global yang dicapnya melumpuhkan kegiatan diseluruh sektor secara global.

Namun dari isu tersebut jika elaborasi lebih mendalam, tampaknya ancaman besar yang dihadapi dunia saat ini bukan berasal dari sesuatu yang sifatnya Eksternal atau yang bersifat 'natural' karena keterbalikanya, alam selalu dijadikan objek atas kepicikan kapitalisme dan sejatinya aktivitas manusia dalam bentuk sains lah yang menjadi penyebabnya.

Sains mengakibatkan munculnya ancaman di dunia global ini, seperti maraknya konsekuensi ekologis akibat aktivitas industri maupun akibat pengembangan teknologi juga rekayasa genetik yang tak berujung dan tak ada kontrol kendalinya. Kecanggihan teknologi dan invasi manusia atas sumber daya alam, sumber daya modal, dan sumber daya manusia yang mengakibatkan alam seakan berontak mengembalikan apa yang sudah diberikan manusia atasnya yang berdampak krisis ekologi besar-besaran.

Dalam leluconnya, Slavoj Zizek mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di kehidupan manusia ini adalah sebuah langkah kecil untuk kembali pada alam, akan tetapi menjadi kemunduran langkah yang besar untuk umat manusia. "It was more a small step back for nature, but a giant step back for humankind".

Slavoj Zizak dalam teorinya mengatakan ancaman ekologis merupakan tanda bahwa umat manusia saat ini hidup diakhir sejarah, sejarah apa yang dimaksud?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline