Lihat ke Halaman Asli

Septi Erlita

mahasiswa yang mencoba produktif

Coronavirus: Bencana Ekologis Global

Diperbarui: 30 Juli 2020   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

businessinsider.com

“Pandemi coronavirus ini mengingatkan kita bahwa, yang terpenting adalah kesehatan. Tapi yang paling berharga adalah keseimbangan alam”. - septi erlita

Alam, budaya, dan manusia adalah satu kesatuan yang menghidupkan bumi ini. Yang diharapkan memiliki nilai keseimbangan untuk kehidupan yang berkelanjutan. Namun, kita tidak bisa menutup mata bahwa dunia kita ini tidak melakukan hal yang diharapkan itu, karena semakin maju manusia dan kebudayaannya maka semakin rendah nilai keberadaan alam untuk mereka, dan itu adalah wujud keserakahan manusia.

Kerusakan ekologis merupakan hasil akhir dari keserakahan manusia, alam bereaksi negatif atas eksploitasi besar-besaran yang tak kenal waktu dan tak memandang dampak.

Manusia kini merasakan akibat dari kecongkakan itu, dan itu adalah mimpi buruk dan isu global dunia saat ini yaitu viruscorona, dan alam kini menuntut agar terwujud keseimbangan baru.

Atau dengan kata lain adanya coronavirus ini, menurut Niel Makinuddin, Pandemi corona ini adalah cara bumi meminta perhatian manusia sejenak saja. Seolah Bumi sedang mengirim pesan kepada manusia, “tolong berhentilah sejenak eksploitasi dan berbuat kerusakan atasku. Berikan waktu sejenak saja agar aku bisa bernapas dan memulihkan diri dari aneka kerusakan yang telah engkau perbuat”.

Tidak dapat terelakkan bahwa dimasa pandemi ini perihal keseimbangan alam dan kesehatan manusia menjelma menjadi isu global yang krusial, Setiap negara melakukan yang terbaik untuk mengatasi pandemi coronavirus ini, kucuran dana dialihkan untuk penangan coronavirus, protokol kesehatan kian diperketat, dan perbaikan alam secara tidak langsung dilakukan selaras dengan upaya pencegahan coronavirus, sebagai cara meminimalisir tragedi kemanusiaan, tragedi ekonomi yang disebabkan oleh tragedi ekologis. Jelas, hal ini mengisyaratkan bahwa ditengah kemajuan global hal yang penting adalah kesehatan, namun yang paling berharga adalah keseimbangan alam.

Coronavirus dinyatakan sebagai Pandemi Global oleh World Health Organization pada 11 Maret 2020 setelah virus mematikan ini melumpuhkan 113 negara. Pertanggal 29 Juli 2020 terdapat 16,8 Juta kasus positif coronavirus diseluruh dunia. sejak 17 November 2019 dan sudah 6 bulan berjalan coronavirus menghantui, lalu bagaimana nasib dunia ini apabila sampai akhir 2020 dan seterusnya coronavirus masih menjadi musuh besar manusia?

 Wacana sustainability development digaungkan dimana-mana. Bumi yang semakin tua dan semakin panas, perubahan iklim yang ekstrim mendatangkan petaka bagi manusia. Permukaan air laut meninggi dan mulai menenggelamkan bagian daratan. Banjir, longsor, gempa bumi, kebakaran hutan terjadi di mana-mana.

Manusia tidak pernah puas mengeksploitasi alam. Hutan dihabisi, Binatang liar terus diburu, dijual, dan dibunuh. Pasar hewan liar ada di mana-mana. Karena itu dan dari sanalah berbagai virus ganas berasal dan menyebar. Tidak ada keseimbangan, dan tidak pernah ada jeda.

Coronavirus yang melanda seluruh dunia adalah sebuah tragedi ekologis, yang lambat laun kini mulai dirasakan menjadi tragedi kemanusiaan dan tragedi ekonomi nasional maupun global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline