Lihat ke Halaman Asli

Menikah Itu Hamasah

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bagi anda yang belum mengalaminya mungkin pernyataan bahwa dengan menikah tanpa kita sadari akan menggiring kita pada sebuah aktivitas di luar kebiasaan kita atau lebih frekueantif artinya ada sesuatu yang mendorong kita untuk melakukan banyak hal, ya sesuatu itu bernama hamasah. Hamasah alias semangat untuk mengerjakan aktivitas lebih frekuantif bukan hanya meracuni ketika kita menikah, namun lebih seringnya muncul ketika rasa ingin, siap, bahkan menjelang menikah.

Berdasarkan survey dan pengalaman sendiri, walaupun hanya sebatas mendengar sebuah kata menikah saja akan timbul perasaan gimanaaa gitu?, tersipu malu sembari membayangkan konsep pernak – pernik pernikahan yang akan kita wujudkan, bahkan mendesain rumah yang akan menjadi tumbuhnya generasi terbaik didikan kita . Dan tak kala membaca ada pengumuman seminar, majelis, atau liqo’at bertema menikah dengan sendirinya tanpa perlu adanya perintah dari orang lain, kita langsung mengambil langkah seribu untuk berada di barisan terdepan untuk menjadi partisipan. Tidak hanya sampai di sini saja semangat kita terbakar, ketika kita menghadiri tidak ada jenuh, kantuk, bosan, bahkan sebaliknya dibandingkan kita menghadiri majelis atau liqo’at yang bertemakan tentang syirah kenabian, muamalat, dan tema keislaman yang lainnya.

Hamasah itu makin membuncah tak kala kita sudah siap atau hendak memasuki gerbang pernikahan. Mulai dari semangat melahap buku – buku, artikel – artikel, terkait dengan pernikahan bahkan menghadiri majelis dan liqo’at yang bertema menikah lebih meningkat frekuansinya, dan bisa dipastikan kita akan meng-upgrade diri mungkin dengan mengikuti sekolah pranikah. Bersemangat pula bertukar pendapat dengan teman – teman yang sudah berpengalaman, bahkan silaturahim baik itu dengan orang tua atau dengan saudara – saudara jauh dekat dilakukan, hal ini terkait agar lebih mudah mendapatkan restu dari mereka semua, yang mungkin sebelum terkontaminasi virus hamasah menikah bersilaturahim cukup ketika Idul Fitri dan mengunjungi orang tua ketika libur kuliah atau libur kerja itupun terbatasi oleh waktu dan mungkin barang kali dengan anjang sana sini, ada temannya teman, ada adik/kakaknya teman, atau saudaranya teman nyangkut di hati kita (bagi yang siap namun belum ada calon).

Selain semangat di atas, ada aktivitas lainnya yang ikut tersemangati untuk dijalankan. Ya, kita semangat mencari uang dan lebih banyak menabung hasil kerja kita sebagai modal menikah dan pasca menikah. Sedangkan untuk para akhwat, mereka lebih bersemangat menggali kemahirannya dalam meracik bumbu masakan, agar nantinya dia akan selalu membawakan bekal untuk suaminya kala berjuang mencari sebongkah uang untuknya dan putra putri mereka. Bahkan berefek pula pada hal sepele yang kerap kali diabaikan, yang awalnya malas berolahraga, sekarang dalam seminggu menyempatkan diri futsal, renang, dan olahraga ringan lainnya. Berpakaian lebih rapi, menjadi pribadi yang santun, atau bahkan mampu mengubah kebiasaan yang kurang baik pada diri kita. Sehingga menjadikan diri kita pantas serta siap mendampingi ikhwan/akhwat sebagai teman hidup kita kelak.

Sudahkah virus hamasah menikah sudah menjangkiti diri kita, jaga selalu hamasah kita baik sebelum menikah dan pasca menikah. Semoga hamasah untuk berbuat kebaikan yang selalu terjaga dapat berbuah keberkahan dalam niat menikah,  pernikahan, rumah tangga kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline