Lihat ke Halaman Asli

Angkringan Cinta

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1355026992815991350

ANGKRINGAN CINTA

Ketika malam tiba Jogja memberi suasana tersendiri bagi para penghuninya. Berbagai jajanan malam mulai digelar. Sebagian mulai beroperasi dari pukul lima sore sampai larut malam. Mengandalkan penerangan tradisional dan atribut minim kegiatan dagang inipun berlangsung rutin setiap hari. Di bantu terangnya lampu jalan serta deru laju kereta api, menambah sensasi yang jarang ditawarkan di kebanyakan warung makan. Oleh sebab itu tempat yang mojok ini ramai oleh anak muda, khususnya pasangan muda.

Bangunan dari kayu di pojok gang Sapen, Jogjakarta, dengan suasana yang remang-remang itu sesak pengunjung. Apalagi kalau saat itu pukul enam sore keatas. Banyak pasangan – pasangan muda menyisihkan waktunya disana. Tempatnya tidak terlalu luas, bangunan berukuran kurang lebih 4 x 2 meter ini menjadi tempat paling ramai di sekitar gang Gading. Tempat itu adalah sebuah warung makan sederhana yang hanya buka di sore sampe malam hari, Angkringan Cinta namanya.

Para pelanggan duduk lesehan di sepanjang 3,5 meter tikar yang telah disediakan. Atau juga bisa duduk nangkring di atas kursi yang tersedia tepat di sebelah gerobak dorong. Menyantap makanan sambil melihat sang penjual mengibas-ibaskan kipas bambu dan membolak-balik gorengan diatas arang, aromanya sungguh menyenangkan. Apalagi ketika menyantap makanan disana, kita akan dikejutkan dengan kedatangan kereta api, karena memang lokasinya yang sangat dekat dengan rel. Tapi ini justru menyenangkan, suara bising dan guncangan yang berdurasi sekitar 2 menit, akan memberi sensasi unik makan malam anda.

Dagangan utama adalah nasi kucing, dan minuman panas sebagai pendampingnya. Minuman yang paling banyak disukai anak-anak muda pelanggannya adalah susu jahe, yaitu segelas susu panas yang dicemplungi jahe yang telah di tubruk, dengan hanya Rp.2000,00 anda bisa mendapatkannya. Tersedia pula nasi kucing dan berbagai lauk sederhana, seperti sambel teri, dan tempe kering, juga tersedia lauk pendamping yaitu: ceker, sate puyuh, sate usus, dan berbagai goreng-gorengan. Yang dimaksud nasi kucing adalah nasi dalam porsi kecil, dengan sambal trasi goreng atau sambel teri, dibungkus daun pisang dan koran. Cukup Rp.1000,00 saja anda keluarkan untuk memesan ini.

Gaya makan nangkring dan lesehan seperti itu merupakan nostalgia. Oleh sebab itu cara makan santai dan bohemian ini sekarang justru membuat banyak orang menyukainya. Dan Angkringan Cinta yang berlokasi di Gang Gading, Ngentak, Sapen, Yogyakarta ini berkonsep demikian. Bila kebanyakan angkringan cuma bermodal gerobak, dan pembelinya makan dengan nangkring di kursi yang telah disediakan penjual, Ankringan Cinta memberi fasilitas lesehan juga. Sehingga yang ada disana bisa leluasa memilih cara menikmati pesanannya.

Akrabnya susana dalam angkringan tak hanya merujuk kedalam tempat tetapi ke suasana. Angkringan ini dikenal sebagai Angkringan Cinta karena kebanyakan yang datang adalah pasangan-pasangan, meskipun tidak sedikit juga teman dan keluarga menikmati angkringan ini. Mereka menikmati makanan sambil bebas mengobrol. Kadang berdiskusi tentang topik-topik yang serius. Harganya yang murah dan tempatnya yang santai membuat angkringan ini populer di kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa UIN karena memang lokasinya yang dekat dengan kampus UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Sebagai tempat persinggahan mereka untuk mengusir lapar atau sekedar melepas lelah.

Dengan ke-khas-an kedai Angkringan, pelanggan duduk di tikar dengan cahaya lampu sentir remang-remang. Situasi yang cukup di sukai dan menjadi alasan pembeli datang kembali adalah sensasi kereta melaju yang memang jarang kita temui di sebuah warung makan. Angkringan Cinta gang Gading, Ngentak, Demangan Yogyakarta ini juga kadang disebut Angkringan Pak Kumis. Kenapa juga disebut Angkringan Pak Kumis? tidak salah lagi karena penjualnya berkumis :D. Jika Penasaran, datang langsung saja ke Gang Gading, Sapen, Demangan Jogjakarta. Palang Pintu Perlintasan rel kereta api (sebelum jalan Timoho kalau dari UIN) belok kiri. Di situlah tempatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline