Lihat ke Halaman Asli

Erlina Yoga Noviana

Mahasiswa Aktif Progam Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Gagal Lolos UTBK Bukan Akhir Cita-Cita

Diperbarui: 30 Juni 2024   21:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ngejar cita-cita jadi pengusaha dengan belajar mati matian ditambah les sampai malam tapi nggak lolos UTBK? Siapa yang related sama statement ini? Sama kok saya juga. Ini kisah saya rumitnya perjalanan saya mencari cita-cita yang ditakdirkan tuhan untuk saya.

Waktu SMA kelas 10 sebenarnya saya pengen ambil kelas IPS tapi karena fomo sama temen-temen jadi saya ngikut aja deh milih IPA. Emang kalau nggak suka tapi terpaksa ya jadi amburadul nilainya. Ketemu fisika pula, pusing kepala jadinya.

Waktu demi waktu saya jalani sambil yaAllah yaAllah setiap hari. Berharap ada keajaiban dunia otak menjadi encer seperti Albert Einstein penemu teori relativitas khusus. Tapi apalah daya angan hanya menjadi angan.

Menginjak kelas 11 saya mencoba berdamai dengan keadaan berada di kelas IPA. Mungkin takdir saya memang di IPA. Menginjak kelas 12 mulai bersemangat lagi tuh saya di kelas IPA karena saya mulai suka dengan biologi, hal tersebut membuat saya bercita-cita menjadi perawat.

Makin gencar tuh ngejar perawat, belajar setiap hari, les tambahan dari sekolah sampai jam 17.00 WIB di lanjutkan Les sampai jam 20.00 WIB. Semua saya trabas demi cita-cita saya.

Momen yang ditunggu-tunggu datang juga. Pengumuman Eligible dan ternyata saya masuk 100 orang beruntung dengan urutan nominasi bawah. Seneng sih tapi kayaknya nggak ada harapan saya berkuliah di universitas waktu itu. Saya memilih merelakan kesempatan berharga itu dengan memilih mendaftar di Poltekkes Kemenkes Surakarta lewat jalur Raport. Tiba saatnya pengumuman di Poltekkes ternyata saya diterima di prodi bukan pilihan saya.

Campur aduk tuh perasaan, mau diterima bukan program studi yang saya impikan. Pertimbangan yang cukup sulit waktu itu saya memilih merelakan lagi. Dari cerita saya ini mungkin teman-temen beranggapan saya terlalu tidak memikirkan matang-matang atas semuanya. Namun itulah manusia dengan segala sifatnya yang berubah-ubah.

Hari demi hari saya lewatkan untuk belajar UTBK, dengan Pilihan pertama Universitas Brawijaya prodi S1 Keperawatan dan Pilihan kedua D4 Fisioterapi Universitas Airlangga. Namun di luar prediksi saya ternyata saya tertolak di UTBK saat itu.

Pasti sobat juga merasakan gimana perasaan saya waktu itu, sedih, marah, menyesal, putus asa, tidak tau mau bagaimana lagi untuk memikirkan masa depan serasa dunia hancur. Dengan dukungan penuh dari orang tua saya dan juga malaikat baik saya berusaha menata kembali semangat yang hilang itu.

Semangat itu mulai pulih lagi, dengan harap yang tersisa saya mencoba mendaftar di Ujian Mandiri di Universitas Sebelas Maret. Namun dengan Program Studi pilihan Bapak Saya. Pilihan Pertama S1 Agribisnis dan Pilihan kedua S1 Peternakan. Jauh dari apa yang diimpikan dari kesehatan ke pertanian.

Ujian Tulis Mandiri telah terlewati, menunggu dengan kejenuhan dan sisa harapan di dada berharap di terima. Pesimis dengan jumlah orang yang mendaftar. Takut campur gelisah coba saya pendam. Doa setiap saat saya panjatkan kepada Allah SWT.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline