Lihat ke Halaman Asli

Erlina Nurazizah

Mahasiswa S1 Ilmu Gizi

Pendidikan Gizi Prakonsepsi bagi Calon Pengantin sebagai Upaya Menghindari Bayi dengan Gizi Buruk

Diperbarui: 1 Desember 2021   08:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Oleh:

Erlina Nurazizah

Nurseva Pinastika Utarling

Universitas Brawijaya

Gizi prakonsepsi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesehatan seorang ibu dan janin yang dikandungnya. Namun, hingga saat ini masih banyak calon pengantin yang belum memiliki pengetahuan mengenai gizi seimbang pada masa prakonsepsi. Padahal, status gizi wanita pra nikah selama tiga sampai 6 bulan sebelum konsepsi akan menentukan kondisi bayi yang dilahirkan.  Akibatnya, banyak bayi lahir dengan  gizi buruk akibat kurangnya pemahaman orang tua mengenai gizi seimbang pada masa prakonsepsi. Bayi gizi buruk dapat dicirikan dari bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Di Indonesia, angka kejadian bayi BBLR masih cukup tinggi. Bayi BBLR merupakan kondisi bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, angka kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai 6,2%. Provinsi dengan persentase kejadian BBLR paling tinggi yaitu Provinsi Sulawesi Tengah (8,9%), sedangkan provinsi yang memiliki persentase angka kejadian BBLR paling rendah adalah Provinsi Jambi (2,6%) (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Statistik, Kesehatan, & USAID, 2018).

Bayi BBLR dapat disebabkan karena kondisi bayi lahir prematur. Meskipun bayi BBLR bisa tetap hidup sehat, namun bayi BBLR rentan mengalami gangguan perkembangan kognitif, retardasi mental, infeksi, dan penyakit degeneratif.  Data dari World Health Organization (WHO) hingga 2018 menunjukkan bahwa terdapat 15 juta bayi lahir prematur di dunia setiap tahun. Kelahiran prematur ini ditengarai menjadi penyebab setidaknya 1 juta kematian anak di bawah usia 5 tahun pada 2015. Dikutip dari catatan tirto, beberapa kondisi ibu hamil dapat menyebabkan bayi BBLR, seperti infeksi selama kehamilan, berat badan ibu hamil kurang, riwayat BBLR sebelumnya, merokok, serta konsumsi alkohol dan narkoba.

Tingginya prevalensi bayi BBLR baik di Indonesia maupun dunia menunjukkan pentingnya mempersiapkan status gizi yang baik sejak masa prakonsepsi. Pengetahuan mengenai gizi seimbang pada masa prakonsepsi berperan penting dalam memenuhi kecukupan gizi calon pengantin sehingga dapat menghindari bayi lahir dengan gizi buruk. Akan tetapi, masih banyak calon pengantin yang belum memiliki pengetahuan mengenai gizi seimbang pada masa prakonsepsi. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya calon ibu yang mengalami Kurang Energi Kronik (KEK) dan anemia.

Bayi dengan gizi buruk cukup banyak terjadi di Indonesia, hal ini disebabkan oleh masalah kesehatan pada wanita seperti kekurangan energi kronik, anemia dan lain-lain. Penyebab lainnya dapat berupa rendahnya pengetahuan mengenai kebutuhan gizi yang harus terpenuhi pada masa kehamilan sehingga menyebabkan rendahnya asupan gizi yang diterima ibu hamil pada masa kehamilan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan adanya pendidikan gizi prakonsepsi bagi para calon pengantin guna mencegah adanya kemungkinan bayi lahir dengan gizi buruk.

Contoh kasus di daerah Sumatera Barat, terdapat kejadian bayi baru lahir dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) sebesar 4,6% dan PB < 48 cm sebesar 19,8%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh status gizi yang buruk selama masa kehamilan. Mengingat di Indonesia saat ini masih banyak masalah kesehatan yang terjadi pada perempuan seperti KEK (Kekurangan Energi Kronik), anemia, dan HIV.

Selain sebagai upaya untuk mencegah bayi dengan gizi buruk, pendidikan gizi prakonsepsi juga penting karena gizi pada periode prakonsepsi merupakan faktor penting untuk mendukung kesehatan dan kelangsungan hidup ibu yang tentunya juga berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi baik saat masih di dalam kandungan maupun setelah dilahirkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline